Ketika berjalan di sepanjang Jalan Yos Soedarso, Batu Ampar, Batam, mungkin tidak ada terlihat hal baru dari yang lazimnya. Biasa saja. Paling-paling hanya gumpalan debu yang membuat sesak nafas akibat lori keluar masuk pabrik. Nyaris tidak ada tanda-tanda kehidupan dipinggir jalan berdebu itu. Sebulan belakangan, ternyata hadir suatu pemandangan yang baru. Lihatlah di kawasan pangkal jalan tersebut, sekitar Yos Soedarso Nomor 6, setiap sore akan ada sepeda motor bebek berbaju merah, parkir di pinggir jalan itu. Sepertinya, orang punya motor itu melawan gumpalan debu dengan berjualan. Hebat sekali bentuknya. Motor sebentuk memakai baju itu bisa terlindung dari cahaya matahari maupun hujan. Begitupun dengan debu yang berkepanjangan. Tidak jauh dari motor berbaju yang di parkir dekat dengan bibir aspal, mungkin berjarak dua meter dari motor berbaju tersebut, terlihat pula seorang bapak-bapak duduk bersandar beralaskan karton mi instan di sebuah batang kayu yang cukup rimbun. Walaupun hampir seluruh hijaunya dedauanan pohon itu menjadi coklat muda akibat polusi hebat berkepanjangan. Namun, lelaki itu tetap kelihatan betah memajang jualannya di sana. Sambil menikmati sensasi sebatang rokok, ditengah kabut debu yang berhembus tiap sebentar, laki-laki itu tak berhenti berharap; mudah-mudahan ada orang yang mampir. Zainal, lelaki 39 tahun, asal Lubuk Alung, Padang Pariaman itu, benar-benar seperti mencari sensasi untuk mengais rejeki. Dia menghadirkan penutup motor asal Demak di Kota Batam ini lalu menjualnya di tempat yang nyaris tak ada aktivitas perekonomian, berdebu pula, namun banyak juga orang membeli. Sejak sebulan lalu, setiap harinya, mulai pukul 14.00-18.00, duduk di pinggir jalan sambil memajang tutup motor selalu ia lakoni. Tak ayal, tutup motor yang dijualnya itu sudah se ratusan pcs habis terjual. Sedikitnya, seratusan pcs habis per dua minggu. Luar biasa bukan? Karena banyak permintaan, untuk bulan ini, Zainal memesan lebih banyak lagi, mencapai 200 pcs dalam keadaan hutang kepada distributor. Akan bisa dibayar Zainal, jika sudah habis terjual selama ‘mangkal’ dipinggir jalan penuh debu di Kota Batam. Sama seperti awal bulan dulu, 50 pcs penutup motor yang dipesan, dengan perjanjian bayar di depan kepada distributor yang ada di Demak, ternyata habis terjual. Ketika dihampiri Haluan Senin (4/7) siang. Mungkin menurut orang yang tidak memperhatikan dengan baik, kehadiran Zainal di tepi jalan tersebut hanya dianggap biasa. Tidak ada jual beli. Ya, sama sekali tidak terlihat adanya transaksi apa-apa. “Tidak disangka pula, sudah sebulan, setiap harinya saya menunggu pembeli datang di tempat ini, ternyata rezki tak kemana. Sudah ratusan habis terjual,” ujar bapak satu anak ini. Dikatakannya, penutup motor ini, juga dijual dengan harga yang cukup miring. Hanya Rp90 ribu dan penutup motor yang pakai resleting dijual dengan harga Rp100 ribu per pcs. “Jika Anda pandai-pandai menawar, harga akan jatuh atau lebih murah lagi,” ungkap zainal sambil tertawa. Baju atau penutup motor yang dijual Zainal ini, mempunyai banyak manfaat. Ketika panas menyengat atau hujan deras, motor anda bisa ditutup. Benda ini sangat efisien untuk melindungi sepeda motor saat di parkir di tempat terbuka. Bahan benda ini sama dengan bahan jas hujan, yakni parasut anti air. Penutup motor yang dijual Zainal di kawasan berdebu ini, tidak hanya untuk motor bebek. Jenis metik dan motor besar, juga tersedia. Desain masing-masing jenis, sangat disesuaikan dengan bentuk motor. Pemasangannya pun begitu praktis, sedangkan kualitas bahannya, bisa dijamin. Syahrul, kebetulan berhenti dan menawar baju motor yang dijual Zainal. Menurutnya, baju motor tersebut sangat menarik. Pemasangannya pun cukup enteng. “Bagus sekali untuk melindungi motor. Bahannya pun tidak tembus air. Mungkin aku memilih yang warna hitam,”ujarnya. Syahrul juga menyayangkan, kenapa Zainal menjual di tempat ini? Kenapa tidak di pasar atau di tempat keramaian lainnya? Padahal, jualan ini adalah satu-satunya dan pertama di Batam. Sambil tersenyum kecut, perantau Lubuk Alung ini, hanya menjawab, kalau ia tak punya cukup modal untuk menyewa tempat di pasar atau tempat lain. Sedangkan di pinggir jalan Yos Soedarso tersebut, tidak banyak urusan. Tidak banyak bayarannya. “Di sini rasanya kita tak mengganggu Bang. Lagian, kita kan cuma numpang parkir aja dengan memperlihatkan model jualan kita, tempatnya juga sepi kok. Ya, harapan saya cuma orang yang lalu lalang di jalan ini aja bang. Kalau di pasar, wah, ribet Bang.” Selain membayar, banyak lagi urusannya. Ntar gak jadi-jadi saya jualannya,” ujar Zainal sambil tersenyum. |
Posting Komentar