|
MEMAHAMI MASALAH DENGAN PENDEKATAN AL QUR’AN |
Selasa, 22 Juni 2010 |
MEMAHAMI MASALAH DENGAN PENDEKATAN AL QUR’AN
Oleh: Mayonal Putra
Siapa yang tidak pernah mengalami “masalah” selama hidupnya? Sekiranya dimana manusia hidup tanpa “masalah”? Kenapa “masalah” begitu dekat dengan kehidupan? Kenapa “masalah” harus dipahami? Ada apa dengan masalah?
Banyak yang ingin dipertanyakan mengenai ini, tapi jawabannya tidak banyak dicari oleh yang biasa mengalaminya, sepele saja mungkin. Sementara “dia” juga sulit untuk di hindari. Ada orang menyendiri kepelosok kampung yang jauh dari keramaian untuk menghindari yang di sebut “masalah”, dia katakan dirinya stress karena sedang mengalami suatu masalah. Pertanyaannya, dimana tempat yang tidak ada masalah? di kota, di desa, kantor, sawah, ladang, di hutan? bahkan orang gila sekalipun tidak pernah tidak dihinggapi oleh yang namanya “masalah”.
Ada juga yang mengatakan karena ada masalah ada informasi. Kadang kala mengetahui masalah orang lain merupakan informasi yang sangat berguna bagi kita. Sepertinya menyenangkan sekali. Orang rela, terpaksa menghabisi nyawanya, suami dan isteri bercerai, anak-anak sekolah tawuran, pedagang kaki lima di gusur, dekan atau rektor atau kepala sekolah rela mengeluarkan anak didiknya dari lembaganya, lalu mahasiswa berdemo memadati jalan-jalan utama kota sampai pertumpahan darah, ribuan karyawan di PHK, jutaan buruh berdemonstrasi, anggota dewan tak jadi sidang karena nonton bola, anggota dewan tertidur dimeja sidang, pejabat masuk penjara, turun pangkat dan lari keluar negeri, pertumpahan darah, pembakaran dan banyak lagi yang tak mungkin disebut satu-satu. Mengapa mereka? Mereka ada masalah atau mereka sedang bermasalah. Begitu jawaban yang kerap akrab ditelinga. Satu kata yang dikambinghitamkan oleh milyaran manusia dari tahun ketahun, hingga berabad-abad lamanya. Semua orang pula tidak ingin dihinggapi olehnya, dan bahkan tidak ingin mendapatkannya.
Anehnya, jutaan orang pula yang mencari-cari masalah; ada yang mencari 7 tahun, 6,5,4 tahun dengan biaya yang berjuta pula. “dia” harus di cari kemana-mana. Bisa-bisa menimbulkan “masalah” dalam mencari “masalah” tersebut. Banyak kasus mahasiswa minum racun karena “masalah” yang ditawarkan tidak diterima oleh pembimbing dan jurusannya di kampusnya, ada yang mengalami stress akut, ada yang tidak tamat kuliah, ada yang minggat, dan banyak kasus karena ketergantungan orang terhadap “masalah” itu. Padahal kadang kala “dia” di depan mata namun tidak mampu dijamah secara ilmiah. Bagi orang lapangan (orang yang berkecimpung dalam dunia penelitian) “masalah” begitu mahal harganya. Jadi apa masalah itu sebenarnya. Kenapa begitu penting dalam kehidupan manusia? “masalah” mungkin sesuatu yang tidak menarik untuk dikaji, tetapi perlu untuk di pahami.
Hakikat Masalah
Masalah biasanya diartikan sebagai suatu kesenjangan, ketidak-sesuaian antara ide dan kenyataan, antara yang seharusnya dengan fakta, antara keinginan dan harapan, singkatnya terjadinya sesuatu yang tidak di inginkan. Arikunto, mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak beres, belum sesuai dengan kondisi yang seharusnya. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diterangkan bahwa masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan), soal atau persoalan.
Menurut beberapa keterangan ayat Al-qur’an bahwa masalah itu tidak lain adalah sebuah cobaan atau ujian dari Allah SWT. kepada manusia sebagai hamba-Nya. Semua manusia pasti menghadapi masalah, sebab Allah telah memberikan beberapa ujian atau cobaan kepada hambanya dengan beberapa hal : sungguh Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan (kecemasan), kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (Q.S. 2:55)
Masalah pada hakikatnya adalah ujian atau cobaan dari Allah kepada manusia (hamba-Nya) yang harus di terima dan diatasi dengan baik dan benar, tidak hanya hal-hal yang menyakitkan atau yang pada umumnya tidak disenangi, tetapi juga bisa berupa cobaan yang baik, sesuatu yang menyenangkan dan dikehendaki umumnya manusia, seperti kekayaan, kedudukan yang tinggi, jabatan yang empuk, dan sebagainya, dan hal seperti inipun hakikatnya juga masalah. Ini juga diterangkan oleh Allah : Kami akan menguji dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebanar-benarnya). Dan hanya kepada kamilah kamu di kembalikan, ( Q.S Al-anbiya’ : 35)
Pendekatan yang dilakukan
Dalam beberapa isyarat ayat Al-qur’an bahwa dalam menghadapi masalah, baik masalah itu berupa cobaan yang menyakitkan atau buruk maupun cobaan yang baik, maka dengan berpikir rasional, yaitu dengan memfungsikan akal secara maksimal. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Albert Ellis dalam persepektif Psikologi Konseling dalam teori Rational Emotif Terapi, masalah pada hakikatnya bukan terletak pada suatu peristiwa yang terjadi tetapi justru pada keyakinan yang tidak rasional. Keyakinan yang tidak rasional itu bisa berupa tuntutan-tuntutan kemutlakan dan takhayul. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan berpikir secara rasional untuk membantah dan memperdebatkan berbagai keyakinan yang irasional, sehingga timbul falsafah baru yang rasional dan realistis (salah satu teori model pendekatan konseling).
Potensi akal yang dimiliki manusia memang mampu mengatasi masalah yang dihadapi apabila ia digunakan atau difungsikan secara baik, bahkan dengan akal pula manusia mampu berkarya dan mengelola alam semesta ini. Keterangan Al-qur’an tentang potensi akal yang dimiliki manusia banyak sekali disebutkan, dengan akal inilah manusia mampu hidup berkembang, mengelola diri dan dunianya. Menurut Taimiyah, kata ‘aqal adalah masdar (kata benda-kerja, verbal noun), dari kata kerja ‘aqala ya’qulu yang berarti menggunakan akal atau berpikir, dan yang dimaksud dengan akal ialah pembawaan naluri atau gharizah yang diciptakan Allah dalam diri manusia, dengan naluri itu ia berpikir. Al-qur’an menerangkan akal itu terdapat dalam surat 2:164 “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya, dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi ; sungguh terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”
Maka dapat dikatakan bahwa akal adalah daya pikir yang ada pada manusia yang mampu digunakan untuk mengelola isi alam dengan segala peristiwanya. Al magribi dalam tafsirnya juz 2 menerangkan kutipan arti Al-qur’an surat 2:164 bahwa pada semua gejala itu terdapat bagi orang-orang yang berpikir untuk mengetahui watak dan rahasia-rahasianya. Dengan demikian dapat dibedakan antara yang bermanfaat dengan yang membahayakan, disamping dapat diketahui betapa teliti dan halusnya Maha Pencipta.
Aktivitas akal dalam proses berpikir rasional dalam Al-qur’an disebut dengan beberapa istilah, diantanya adalah,(1)nazhara, artinya melihat, memandang, merenungkan, memikirkan dan mempertimbangkan (Baca: Al-qur’an At-thariq:5 dan Al-ghasiyah:17-20), (2)Tadabbur ,artinya memikirkan, mempertimbangkan (baca :QS.Muhammad:24, An-nahl:68-69, At-thaubah:122). (3)Tafaqqur, artinya memikirkan berbagai peristiwa dan berbagai keunikan ciptaan Allah, sehingga timbul kesadaran akan kebesaran-Nya.(Baca: QS. An-nahl:68-69). (4) Tadzakkur, artinya mengingat kebesaran Allah dengan kaitan berbagai kesempurnaan ciptaan-Nya sambil memikirkan dan mengambil pelajaran.(baca: QS. An-nahl: 17,Adz-zariat:49)
Banyak lagi dijelaskan oleh Allah SWT di dalam Al qur’an sebagai pelajaran bagi manusia untuk menggunakan akal pikiran secara rasional dalam menjalankan kehidupannya. Di samping manusia memiliki akal dan mampu berpikir rasional, namun banyak juga yang tidak menggunakan akalnya secara maksimal sehingga cendrung berpikir irasional, seperti dalam teori Albert Ellis, disinilah manusia atau individu mengalami masalah yang berakibat buruk terhadap kelanjutan hidupnya(baca: Rational emotif terphy; sebuah model pendekatan konseling) dan Islam mengumpamakan sebagai binatang yang sangat buruk.(Baca: QS.Al-anfal: 22)
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pribadi yang sehat menurut Islam adalah pribadi yang mau menggunakan akal untuk berpikir rasional secara maksimal dalam menghadapi masalah yang terjadi. Al-qur’an sangat melarang menuruti ide-ide yang tidak masuk akal, tidak rasional seperti kata pasti, takhayul, dan keyakinan yang bersifat mutlak. Koheren dengan yang di sampaikan pakar teori Rational Emotif Teraphy-Albert Ellis-bahwa pribadi yang tidak sehat adalah pribadi yang terbelenggu oleh ide-ide tidak rasional dan suka menyalahkan diri sendiri maupun orang lain. Menurut Ellis, menyalahkan merupakan inti dari sebagian besar gangguan emosional.
Beberapa petunjuk Al-qur’an yang sangat rasional dalam mendekati permasalahan diantaranya adalah;(1)menyadari bahwa tidak semua usaha dan ikhtiar manusia selalu sukses dan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan, sebab manusia banyak memiliki keterbatasan, sehingga sebaiknya digunakan prinsip Insya’Allah (jika Allah berkenan) dalam setiap usaha dan tindakan(baca:QS.Al-kahfi:230-24), (2)menyakini bahwa disamping kesussahan pasti ada kemudahan(baca: QS. Al-insyirah: 5-8), (3)meyakini bahwa disamping kegagalan pasti ada keberuntungan, asal berusaha dengan sungguh-sungguh(baca:QS.Ali Imran:140 dan 191), (4)bersikap sabar dalam menghadapi masalah,(6)mengembalikan segala sesuatu pada kekuasaan Allah dengan selalu bertawakkal kepada Allahdalam setiap melakukan usaha dan tindakan
Akankah manusia mampu mengatasi masalahnya sendiri sehingga tidak terjadi malasuai, maladaptif dan sejenisnya dalam rangka meminimalisir kejahatan yang terjadi? Sehingga manusia tidak menggunakan potensi hewani dalam menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di zaman digital ini. Tentunya semua manusia berharap. Semoga!
Penulis adalah alumnus Konseling Islam Fakultas tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang |
posted by mayonal putra @ 04.16 |
|
|
masalah dan pendekatan psikologi konseling |
Sabtu, 19 Juni 2010 |
HAKIKAT MASALAH DAN PENDEKATANNYA
(Dalam Perspektif Psikologi Konseling)
oleh: Mayonal Putra, S.pd.I
Masalah merupakan hal yang setiap saat dikatakan dan bahkan setiap saat dialami oleh semua orang. Banyak dan bahkan dapat dikatakan semua orang pula tidak mau mengalaminya, namun mau tidak mau dia selalu datang. Apalagi kehidupan semakin kompleks. Begitu sulit menerkanya, memaknainya dan memahaminya. Kadang timbul pertanyaan; apa sebenarnya yang disebut dengan masalah itu? Apa betul hakikat masalah itu?
Masalah biasanya diartikan sebagai suatu kesenjangan, ketidaksuaian, atau ketidakcocokan antara ide dan kenyataan, antara seharusnya dengan fakta yang ada, atau antara harapan dan realitas, dengan kata lain, terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Seperti yang dikemukaan oleh Arikunto, masalah yaitu sesuatu yang tidak beres atau belum sesuai dengan kondidsi yang seharusnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterangkan bahwa masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan), soal, atau persoalan. Apapun namanya, umumnya masalah itu terjadi tidak dikehendaki bahkan menyakitkan, sehingga bagi sebagian orang yang tidak mampu mengenali hakikat masalah dan tidak tahu cara menghadapinya dengan baik maka ia akan menggangu kestabilan pribadi, dan terjadilah pribadi bermasalah, salahsuai, maladaptive dan sejenisnya.
Hakikat Masalah
Ada banyak teori sebenarnya yang diterapkan dalam Psikologi Konseling, yang sangat populer diantaranya adalah Psikoanalisis Terapi (Sigmund Fruid), Adlerian Terapi, Eksistensial Terapi, Klien Centered Terapi(Rogers), Gestal Terapi, Transaksional Analisis, Behaviour Terapi, Rational Emotif Terapi, Dan Reality Terapi. Masing-masing teori ini memandang hakikat masalah dalam sisi yang berbeda-beda begitu juga dengan pendekatan yang ditawarkan, namun maksudnya sama yaitu bagaimana agar masalah itu tidak mengganggu keseimbangan pribadi secara berlebihan.
Menurut pendekatan ini, manusia memiliki tiga potensi pokok yaitu; (1)potensi berpikir, baik rasional atau tidak rasional, biasanya disebut dengan lurus dan bengkok ;(2)kecenderungan untuk menjaga kelangsungan keadaan dirinya, keberadaannya, kebahagiaan, kesempatan memikirkan dan mengungkapkan dengan kata-kata, mencintai, berkomunikasi dengan orang lain, serta terjadinya pertumbuhan dan aktualisasi diri;(3)memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk merusak diri sendiri, menghindar dari memikirkan sesuatu, menunda –nunda, berulang-ulang melakukan kekeliruan, percaya pada takhayul, tidak memiliki tenggang rasa, menjadi perfeksionis, menyalahkan diri sendiri, dan menghindar adanya aktualisasi potensi pertumbuahan yang dimilikinya.
Pada hakikanya manusia tidak sempurna, karena memiliki potensi positif dan negatif, maka teori ini bersusaha untuk menolong mereka untuk mau menerima dirinya sebagai makhluk yang akan selalu membuat kesalahan namun pada saat yang bersamaan juga bisa belajar hidup damai dengan dirinya sendiri, dengan kata lain orang dapat belajar mengubah pikiran mereka menjadi positif dan tidak tertekan.
Masalah bisa juga disebut gangguan emosional, ia berasal dari keyakinan yang tidak rasional dari orang lain signifikan terjadi pada masa kanak-kanak, menciptakan dogma dan takhayul (superstitions) yang tidak rasional itu kemudian secara aktif menanamkan kembali keyakinan keliru dengan jalan memproses sugesti pada diri sendiri (autosugestion) dan pengulangan sendiri (self-repetition).
Jadi, yang menjadikan sikap disfungsional tetap hidup dan beroperasi dalam diri individu adalah karena sebagian besar pengulangan yang dibuat sendiri terhadap pikiran yang tidak rasional yang diindoktrinasikan kepada individu dulu, bukan pengulangan dari orang lain.
Masalah yang menggangu kepribadian seperti duka, menyesal dan frustrasi pada hakikatnya adalah hasil pemikiran irasional. Kualitas irasionalnya berasal dari tuntutan agar dunia ini seharusnya, seyogyanya, dan harus berbeda yang bersifat mutlak. Jadi masalah itu bukan peristiwa yang terjadi, tetapi pada pemikiran individu tentang hal yang terjadi itu.
Albert Ellis menggambarkan hakikat masalah itu dengan konsep activating event yang di beri kode dengan huruf A yang berarti keberadaan fakta suatu peristiwa, atau sikap seseorang individu, Belief yang diberi kode dengan huruf B yang berarti keyakinan si pribadi individu kepada si A, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa, kemudian emotional consequence yang diberi kode dengan huruf C yang berarti konsekwensi emosi atau reaksi si individidu, reaksi ini bisa cocok atau tidak cocok.
Peristiwa yang sedang berjalan (A) tidak menjadi penyebab pada konsekwensi emosi (C) melainkan B keyakinan si pribadi pada A. Misalnya, apabila seseorang mengalami depresi setelah diturunkan jabatannya, mungkin bukan penurunan jabatan(A) itu sendiri yang jadi penyebab reaksi dalam bentuk depresi melainkan keyakinan si pribadi (B) bahwa ia gagal, merasa di tolak, atau kehilangan jabatan.
Pendekatan yang dilakukan
Pendekatan yang dilakukan setelah mengetahui hakikat masalah ini adalah melakukan disputing intervention (meragukan/membantah yang dilambangkan dengan huruf D) terhadap pemikiran yang tidak rasional (B) agar berubah kepada keyakinan, pemikiran dan falsafah rasional yang baru (E), sehingga lahir F atau perangkat perasaan yang baru. Individu tidak lagi merasakan kecemasan yang sungguh-sungguh atau merasa tertekan, melainkan individu merasakan segala sesuatu yang sesuai dengan kondisi yang ada. Paparan ABC akan melahirkan DEF merupakan pola pendekatannya terhadap pikiran irasional menjadi rasional dalam teori terkemuka Ellis.
Disputing intervention yang berarti meragukan atau membantah yang diberi kode dengan huruf D, pada esensinya adalah aplikasi dari metode ilmiah untuk menolong klien menantang keyakinan irasional individu. (Ellis, 1986) melukiskan tiga komponen dari proses disputing intervention atau membantah dan meragukan ini; (1) individu belajar caranya mendeteksi keyakinan irasionalnya terutama kemutlakan seharusnya dan harus, sifat berlebihan, dan pelecehan pada diri sendiri.. (2)individu memperdebatkan keyakinan yang disfungsional itu dengan belajar dan mempertanyakan semua itu secara logis dan empiris dengan sekuat tenaga mempertanyakan pada diri sendiri serta berbuat untuk tidak mempercayainya;(3)individu belajar untuk mendeskriminasi keyakinan yang irasional dan yang rasional.
E, adalah falsafah efektif, yang memiliki segi praktis. Falsafah rasional yang baru dan efektif terdiri dari menggantikan pikiran yang tidak pada tempatnya dengan yang cocok. Apabila individu berhasil melakukan ini maka akan tercipta F yang berarti perangkat perasaan yang baru. Individu tidak lagi merasakan cemas yang sungguh-sungguh atau merasa tertekan, melainkan individu merasakan segala sesuatu sesuai dengan situasi yang ada. Sebab cara yang paling tidak baik untuk memulai merasa lebih baik adalah mengembangkan falsafah yang efektif dan rasional. Jadi orang tidak lalu menyalahkan diri sendiri serta menghukum diri sendiri berupa depresi karena terjadinya perceraian, melainkan individu mencari kesimpulan yang rasional berdasarkan empirik: “ baiklah, saya benar-benar menyayangkan karena saya di turunkan., meskipun saya ingin karir saya tetap naik dan tidak bermasalah, ternyata saya tidak menyelesaikan tugas dan kerja saya dengan baik, dunia tidak akan kiamat dibuatnya. Oleh karena kerja saya gagal tidak berarti bahwa saya orang yang gagal dalam hidup ini, dan amatlah bodoh kalau terus menerus menyalahkan diri sendiri dan mengatakan saya yang bertanggung jawab atas perceraian itu”. Akibat akhir adalah meminimalisir perasaan depresi dan mengutuk diri sendiri.(Ellis,1988)
Secara singkat restrukturisasi filosofis untuk bisa mengubah kepribadian individu yang disfungsional mempunyai langkah-langkah yaitu: (1) mengakui sepenuhnya bahwa individulah yang bertanggung jawab atas terciptanya masalah yang dialami; (2) mau menerima pendapat bahwa individu memiliki kemampuan untuk secara signifikan mengubah gangguan-ganguan itu; (3) mengakui bahwa masalah emosional banyak berasal dari keyakinan irasional; (4) dengan jelas mengamati keyakinan ini; (5) melihat nilai dari sikap meragukan keyakinan yang bodoh itu, dengan menggunakan metode yang tegas; (6) menerima kenyataan bahwa apabila individu mengharapkan adanya perbaikan sebaiknya kerja keras dengan cara emotif behavioral untuk mengadakan kontra aksi terhadap keyakinan itu dan persaan serta perbuatan yang disfungsional yang mengikutinya; dan (7) mempraktekan metode terapi rasional emotif untuk mencabut atau menggubah konsekuensi yang mengganggu itu di sisa kehidupan seseorang.
Pribadi yang sehat dalam artian tidak bermasalah yang berbuah depresi dan sejenisnya adalah pribadi yang mampu berpikir secara rasional, sebab apabila individu mampu berpikir secara rasional dalam menghadapi segala peristiwa maka akan mengalami tekanan, dimusuhi, mengasihani diri. Dengan kata lain, dengan penolakan keyakinan-keyakinan irrasional yang dilakukan dengan cara berpikir logis-empirik dapat meminimalisir atau memperbaiki emosi yang malasuai, maladaptif dan sejenisnya. Kemudian pribadi yang mau menerima dirinya sendiri meskipun ada ketidak sempurnaan pada diri tersebut. Jadi apapun adanya yang terjadi pada diri individu, mampu menerima dengan perasaan, sikap dan tindakan yang wajar. Misalnya, individu tidak perlu harus diterima dan dicintai, meskipun hal itu merupakan yang sangat diinginkan. Jadi tuntutan harus yang bersifat mutlak itu tidak perlu selalu diikuti dan dipenuhi. Sedangkan pribadi yang tidak sehat adalah pribadi yang terbelenggu oleh ide tidak rasional dan suka menyalahkan diri sendiri maupun orang lain. Bernard berpendapat bahwa menyalahkan merupakan inti dari sebagian besar gangguan emosional.
Penulis adalah alumnus Konseling Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang dan Ketua Bidang Pembinaan Aparatur Organisasi HMI Cabang Padang |
posted by mayonal putra @ 07.25 |
|
|
|
Rabu, 02 Juni 2010 |
Puisi-puisi Mayonal Putra
Tanggal akhir bulan
ku jemput tanggal terakhir, dibulan ini
ku jemput jumput air mata, pada gelombang durhaka
aku menyeruak ditepi pembaringan
tersedu seperti perpisahan
demi air ketubanmu yang tak pernah kuresapi
aku kalap sendiri
perjuanganmu dalam gemuruh hidup,
terbalas tidak!
kujemput tanggal terakhir di bulan ini
demi luka durhaka pada air darah rahimmu
aku terpenjara, pada perjuanganmu dalam gemuruh hidup,
tak terbalas, tidak!
kujemput tanggal terakhir dibulan ini
demi air mata pada senja tak berwarna
sedikit saja, terbalas pun, tidak!
Kampus hijau, 2010
Batang benalu
untuk: abah
Aku ingin tumbuh pada batangmu,
Tapi tak seperti benalu itu,
Yang hidup di dahan cemaramu,
Yang kau tanam di laman rumah ibu
Base camp TIB, 2010
Pendam perkuburan sunyi
;hmi
Akulah hijau yang kalian puja dalam setiap upacara,
Akulah hitam yang kalian kabung dalam pendam perkuburan sunyi,
Akulah hijau, hitam yang kalian puji benci pada setiap malam menganga
Akuilah, hiruk pikuk yang kalian seruakkan, dari perkarangan wajah yang membatu hantu
Sepanjang musim yang tak pernah berganti, di pendam perkuburan sunyi itu,
Kalian telah menabur darah perkabungan jantung palu sidang
Seperti anjing dalam longlongan mata setan di ujung rembulan
Kalian telah curi tulang rusuk sengketa, lalu kalian barut ke dada yang membiru
Kapan kalian bersimpuh, lalu menutup nganga dari mulut yang menyemai busuk?
Sementara itu, kalian menggigil lalu menyandingkan lusuh hijau ke pudar hitam
Menginjaki alur pucat pasi,
Untuk kalian sejarahkan esok atau nanti
Kampus hijau, 12 2009
Hanya teka-teki
Telah kau rundingkan,
Kita sekandung tak serahim,
Rembun di ujung daun,
Membeku dalam mata yang bingar
Entahlah,
Itu mungkin hanya soal teka teki
Dari dada yang tak berhati
Malam itu,
Rembun tak turun
Kau meminta anak-anak
Selalu berunding dengan bapak dan ibu
Didalam rumah yang tak berpintu
Tentang makna apa saja
Itu mungkin hanya soal teka-teki
Dari kepala tak berbenak
Kampus hijau, 2010
Sepetak duka kami*
;Almarhum Mahardika
Daun-daun berguguran suatu senja paling menikam,
Menepal di tanah-tanah kering,
Isak tangis dan gemuruh tahlil
Memecah sepi di pelabuhan duka
Disisi jasad yang kami ratapi
Keranda dan pemandian menghadapi pulang ; untuknya
Badai dan petir saling berkabar dihati kami, teringat perang belum usai
Tapi, yang pulang-pulang jua,
Yang datang – datang jua
Sebab diri kami bukan diri kami!
Jalanlah kawan, menuju sepetak duka kami
Kami labuhkan perahu keranda pada laut dimata kami
Berlayarlah kawan, demi sepetak duka kami,
duka engkau tinggalkan dari jantung hati kami
Sampailah kawan, demi perih kami paling dalam,
Kami akan kirim halilintar, lewat doa dalam badai air mata kami
Kami akan kirim melati putih lewat gelombang di jantung laut,
Tersenyumlah kawan,
Engkau telah temukan cita duka kami
“hidup untuk sepetak tanah, lalu orang-orang berladang batu di atasnya,
Dan menabur bunga perkabungan”
Hangtuah 158, 270510
Mayonal Putra lahir di Jopang 50 Kota, 31 Mei 1986, aktif di teater Imambonjol dan aktif di HMI Cabang Padang
*untuk sahabat yang telah mendahului kita—Mahardika--- semoga diterima disi-Nya, amiin. |
posted by mayonal putra @ 07.13 |
|
|
Sajak-sajak Mayonal Putra |
|
Puisi-puisi Mayonal Putra
Tanggal akhir bulan
ku jemput tanggal terakhir, dibulan ini
ku jemput jumput air mata, pada gelombang durhaka
aku menyeruak ditepi pembaringan
tersedu seperti perpisahan
demi air ketubanmu yang tak pernah kuresapi
aku kalap sendiri
perjuanganmu dalam gemuruh hidup,
terbalas tidak!
kujemput tanggal terakhir di bulan ini
demi luka durhaka pada air darah rahimmu
aku terpenjara, pada perjuanganmu dalam gemuruh hidup,
tak terbalas, tidak!
kujemput tanggal terakhir dibulan ini
demi air mata pada senja tak berwarna
sedikit saja, terbalas pun, tidak!
Kampus hijau, 2010
Batang benalu
untuk: abah
Aku ingin tumbuh pada batangmu,
Tapi tak seperti benalu itu,
Yang hidup di dahan cemaramu,
Yang kau tanam di laman rumah ibu
Base camp TIB, 2010
Pendam perkuburan sunyi
;hmi
Akulah hijau yang kalian puja dalam setiap upacara,
Akulah hitam yang kalian kabung dalam pendam perkuburan sunyi,
Akulah hijau, hitam yang kalian puji benci pada setiap malam menganga
Akuilah, hiruk pikuk yang kalian seruakkan, dari perkarangan wajah yang membatu hantu
Sepanjang musim yang tak pernah berganti, di pendam perkuburan sunyi itu,
Kalian telah menabur darah perkabungan jantung palu sidang
Seperti anjing dalam longlongan mata setan di ujung rembulan
Kalian telah curi tulang rusuk sengketa, lalu kalian barut ke dada yang membiru
Kapan kalian bersimpuh, lalu menutup nganga dari mulut yang menyemai busuk?
Sementara itu, kalian menggigil lalu menyandingkan lusuh hijau ke pudar hitam
Menginjaki alur pucat pasi,
Untuk kalian sejarahkan esok atau nanti
Kampus hijau, 12 2009
Hanya teka-teki
Telah kau rundingkan,
Kita sekandung tak serahim,
Rembun di ujung daun,
Membeku dalam mata yang bingar
Entahlah,
Itu mungkin hanya soal teka teki
Dari dada yang tak berhati
Malam itu,
Rembun tak turun
Kau meminta anak-anak
Selalu berunding dengan bapak dan ibu
Didalam rumah yang tak berpintu
Tentang makna apa saja
Itu mungkin hanya soal teka-teki
Dari kepala tak berbenak
Kampus hijau, 2010
Sepetak duka kami*
;Almarhum Mahardika
Daun-daun berguguran suatu senja paling menikam,
Menepal di tanah-tanah kering,
Isak tangis dan gemuruh tahlil
Memecah sepi di pelabuhan duka
Disisi jasad yang kami ratapi
Keranda dan pemandian menghadapi pulang ; untuknya
Badai dan petir saling berkabar dihati kami, teringat perang belum usai
Tapi, yang pulang-pulang jua,
Yang datang – datang jua
Sebab diri kami bukan diri kami!
Jalanlah kawan, menuju sepetak duka kami
Kami labuhkan perahu keranda pada laut dimata kami
Berlayarlah kawan, demi sepetak duka kami,
duka engkau tinggalkan dari jantung hati kami
Sampailah kawan, demi perih kami paling dalam,
Kami akan kirim halilintar, lewat doa dalam badai air mata kami
Kami akan kirim melati putih lewat gelombang di jantung laut,
Tersenyumlah kawan,
Engkau telah temukan cita duka kami
“hidup untuk sepetak tanah, lalu orang-orang berladang batu di atasnya,
Dan menabur bunga perkabungan”
Hangtuah 158, 270510
Mayonal Putra lahir di Jopang 50 Kota, 31 Mei 1986, aktif di teater Imambonjol dan aktif di HMI Cabang Padang
*untuk sahabat yang telah mendahului kita—Mahardika--- semoga diterima disi-Nya, amiin. |
posted by mayonal putra @ 07.11 |
|
|
|
|