|
Sajak-sajak Mayonal Putra |
Rabu, 02 Juni 2010 |
Puisi-puisi Mayonal Putra
Tanggal akhir bulan
ku jemput tanggal terakhir, dibulan ini
ku jemput jumput air mata, pada gelombang durhaka
aku menyeruak ditepi pembaringan
tersedu seperti perpisahan
demi air ketubanmu yang tak pernah kuresapi
aku kalap sendiri
perjuanganmu dalam gemuruh hidup,
terbalas tidak!
kujemput tanggal terakhir di bulan ini
demi luka durhaka pada air darah rahimmu
aku terpenjara, pada perjuanganmu dalam gemuruh hidup,
tak terbalas, tidak!
kujemput tanggal terakhir dibulan ini
demi air mata pada senja tak berwarna
sedikit saja, terbalas pun, tidak!
Kampus hijau, 2010
Batang benalu
untuk: abah
Aku ingin tumbuh pada batangmu,
Tapi tak seperti benalu itu,
Yang hidup di dahan cemaramu,
Yang kau tanam di laman rumah ibu
Base camp TIB, 2010
Pendam perkuburan sunyi
;hmi
Akulah hijau yang kalian puja dalam setiap upacara,
Akulah hitam yang kalian kabung dalam pendam perkuburan sunyi,
Akulah hijau, hitam yang kalian puji benci pada setiap malam menganga
Akuilah, hiruk pikuk yang kalian seruakkan, dari perkarangan wajah yang membatu hantu
Sepanjang musim yang tak pernah berganti, di pendam perkuburan sunyi itu,
Kalian telah menabur darah perkabungan jantung palu sidang
Seperti anjing dalam longlongan mata setan di ujung rembulan
Kalian telah curi tulang rusuk sengketa, lalu kalian barut ke dada yang membiru
Kapan kalian bersimpuh, lalu menutup nganga dari mulut yang menyemai busuk?
Sementara itu, kalian menggigil lalu menyandingkan lusuh hijau ke pudar hitam
Menginjaki alur pucat pasi,
Untuk kalian sejarahkan esok atau nanti
Kampus hijau, 12 2009
Hanya teka-teki
Telah kau rundingkan,
Kita sekandung tak serahim,
Rembun di ujung daun,
Membeku dalam mata yang bingar
Entahlah,
Itu mungkin hanya soal teka teki
Dari dada yang tak berhati
Malam itu,
Rembun tak turun
Kau meminta anak-anak
Selalu berunding dengan bapak dan ibu
Didalam rumah yang tak berpintu
Tentang makna apa saja
Itu mungkin hanya soal teka-teki
Dari kepala tak berbenak
Kampus hijau, 2010
Sepetak duka kami*
;Almarhum Mahardika
Daun-daun berguguran suatu senja paling menikam,
Menepal di tanah-tanah kering,
Isak tangis dan gemuruh tahlil
Memecah sepi di pelabuhan duka
Disisi jasad yang kami ratapi
Keranda dan pemandian menghadapi pulang ; untuknya
Badai dan petir saling berkabar dihati kami, teringat perang belum usai
Tapi, yang pulang-pulang jua,
Yang datang – datang jua
Sebab diri kami bukan diri kami!
Jalanlah kawan, menuju sepetak duka kami
Kami labuhkan perahu keranda pada laut dimata kami
Berlayarlah kawan, demi sepetak duka kami,
duka engkau tinggalkan dari jantung hati kami
Sampailah kawan, demi perih kami paling dalam,
Kami akan kirim halilintar, lewat doa dalam badai air mata kami
Kami akan kirim melati putih lewat gelombang di jantung laut,
Tersenyumlah kawan,
Engkau telah temukan cita duka kami
“hidup untuk sepetak tanah, lalu orang-orang berladang batu di atasnya,
Dan menabur bunga perkabungan”
Hangtuah 158, 270510
Mayonal Putra lahir di Jopang 50 Kota, 31 Mei 1986, aktif di teater Imambonjol dan aktif di HMI Cabang Padang
*untuk sahabat yang telah mendahului kita—Mahardika--- semoga diterima disi-Nya, amiin. |
posted by mayonal putra @ 07.11 |
|
|
|
|
Posting Komentar