|
Dendam Ketumanggungan, |
Selasa, 13 April 2010 |
diri kita adalah kostum yang beraneka. Merah, putih, hitam, kuning, hijau, biru; aneka warna membungkus hati kita, kita saling bertatapan, saling memberi isyarat, saling mengintip curiga, beranikah kita membuka kostum kita? borok dan bisul sama-sama kita bungkus dengan kostum, kostum kita saling tertawa, saling hujat, saling bunuh, kostum kita terus bergerak memainkan kehidupan sambil menuju lobang kematian.
Menurut Tambo, katumanggungan telah meninggalkan sendi-sendiajaran tentang kemanusiaan untuk menjadi pegangan anak negeri. ia teguh dalam pendirian, baginya yang salah harus dihukum, hutang gigit di balas gigit, hukum nyawa dibayar nyawa, hukum tak bisa di banding," tarik balas".
Tarik balas dikalah alur patut, ketumanggungan tercampak dari masyarakatnya. benarkah alur patut bertumpu pada keseimbangan "raso jo pareso"? kini ketika keserakahan telah menjadi, "raso" tak lagi berperan dalam kehidupan, akal dibungkus dengan aneka ragam kostum, alur patut bagaikan ratu adil yang didamba.
dari naskah itu kita bergegas, cerita mesti dikunyah-kunyah. jika manis jangan ditelan dulu, jika pahit jangan langsung dimuntahkan, Ukur gigi lihat lidah. kita tak di takdirkan untuk dipermainkan dalang kita, tapi kita diciptakan untuk "gelisah, nakal " dan apa saja selain kurang ajar. memang inilah hidup selalu terbalik, lalu kita melonglong panjang di tengah gelap, mengancam dalam-dalam.
kepada yang masih gelisah, orang timur berpesan bijak; orang yang berpikir masa lalu adalah orang bodoh, orang yang berpikir hari ini adalah orang yang sederhana, orang yang berpikir masa depan inilah gagasan arif bijaksana.
Inilah hidup kita, bukan ingin membunuh dan takut dibunuh atau terbunuh, namun ia slalu ada, selalu lebih dekat dengan nadi kita sendiri, . kadang-kadang kita harus jadi pisau, atau silet yang kecil namun pedih, bagi saya kita baru malam yang bercerita tentang siang, merindukan kukuk ayam jantan di pagi buta, lalu ujung gonjong rumah gadang yang di tandangi fajar.
walau begitu kita mesti pinjem juga dari Soe Hock Gie; biarlah di asingkan dari pada menyerah kepada kemunafikan,''.
"semoga jadi, tuan? |
posted by mayonal putra @ 03.33 |
|
|
|
|
Posting Komentar