Mari Mengarak Badai, kepulua Hunian Para Naga
PERJUANGAN KOE
Photobucket
Clock
Puisi
Download Lagu
  • Chairil Anwar
  • Puisi Cinta Chairil Anwar
  • WS Rendra
  • Comment
    trauma pasca gempa
    Selasa, 13 April 2010
    BAB I
    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah
    Pendidikan merupakan hal yang sangat prinsip dalam kehidupan dan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang menyangkut hal itu semua, namun pada substansinya lebih dari itu semua. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna, baik bagi individu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
    Menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa :
    ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

    Bagi bangsa Indonesia, kontribusi pendidikan yang di harapkan untuk perkembangan peserta didik termaktub dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 bab II pasal 3 yang berbunyi:
    “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”


    Di dalam Islam pun, pendidikan dipandang sebagai hal yang esensial dalam kehidupan individu dan bermasyarakat. Sebagaimana pentingnya bagi seorang muslim untuk menjadi seorang yang berilmu sebagaimana yang tertera dalam Alquran surat Al-Mujadalah ayat 11 :
               

    Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.


    Hamka di dalam tafsir Al Azhar menjelaskan bahwa orang-orang yang melapangkan majelis berarti melapangkan hati, orang yang melapangkan hati akan diangkat imannya dan ilmunya sehingga derajatnya bertambah dan ia adalah orang yang ditambahkan ilmunya. Di dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada raut muka, pada wajah dan pada sinar mata orang yang beriman dan berilmu. Iman memberi cahaya pada jiwa sedang ilmu memberi sinar pada mata. Iman dan ilmu membuat orang jadi agung walaupun tidak ada pangkat yang disandangnya. Sebab cahaya datang dari dalam dirinya.
    Peserta didik merupakan suatu komponen pendidikan, yang selanjutnya di proses dalam pelaksanaan program pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan. Misalnya pendekatan sosial, memandang bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi pemimpin masyarakat yang membawa perubahan kearah kemajuan.
    Peserta didik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) termasuk kedalam fase remaja awal. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka, dalam buku perkembangan anak dan remaja karangan M. Djawad Dahlan mengatakan bahwa masa remaja awal ini di tandai ketika usia 12-15 tahun. Dalam budaya Amerika, periode remaja ini di pandang sebagai masa stres, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi(tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa. Melalui mekanisme evolusi, remaja dapat memperoleh sifat-sifat tertentu melalui pengalaman hidupnya yang kritis. Sifat-sifat tersebut dapat ditranmisi melalui keturunan pada masa konsepsi. Apabila remaja berkembang dalam lingkungan yang kondusif, mereka akan memperoleh sifat-sifat positif yang mengembangkan nilai-nilai insaninya. Begitu juga sebaliknya. Masa ini ditandai dengan munculnya sifat-sifat negatif dengan gejalanya, seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, keberanian dan ketakutan terhadap peristiwa tertentu dan sebagainya. Secara garis besar sifat-sifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu:
    1. Negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental
    2. Negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam masyarakat maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat.

    Pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan lingkungan sebab lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik dan perkembangan pendidikan itu sendiri. Lingkungan mempunyai peranan penting terhadap perkembangan peserta didik sebab lingkungan meliputi hal-hal sebagai berikut :
    1. Masyarakat di sekeliling sekolah
    2. Lingkungan fisik di sekitar sekolah
    3. Bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai dan bahan-bahan bekas yang bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber dan alat bantu dalam belajar, seperti tutup botol, batu-batuan, kerang, kaleng bekas, puing-puing reruntuhan bangunan, bahan yang tersisa dan sebagainya.
    4. Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.

    Disisi lain, Muhammad Usman Najati menjelaskan bahwa kepribadian seorang dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya dimana ia tumbuh dan berkembang. Misalnya oleh etika dan kebiasaan kedua orang tua, teman disekitarnya, para guru yang mengajarinya, media informasi dalam berbagai bentuknya, serta peristiwa atau pengalaman yang dilalui dalam kehidupannya sehari-hari.
    Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa peristiwa alam menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan sekitar mempengaruhi motif, emosi, motivasi dan kecemasan yang ada dalam struktur kepribadian individu serta menghambat proses pendidikan disekitar kejadian. Pada tanggal 30 September 2009, gempa berkekuatan 7,6 SR mengguncang Sumatera Barat. Secara umum gempa yang berkekuatan besar itu menyebabkan kerusakan infrastruktur mencapai 85 persen dan tingkat kematian yang begitu tinggi sehingga membuat korban yang selamat rentan mengalami stres traumatis. Psikolog Dra. Kuswardani mengatakan:
    ”Penanganan traumatik pasca gempa harus terus dilakukan, karena korban yang selamat dalam bencana tersebut berhadapan langsung dengan bahaya kematian atau luka fisik, kehilangan anggota keluarga dan kehilangan harta benda. Akibatnya, korban gempa yang selamat sangat rentan mengalami stres maupun gangguan jiwa. Yang sangat penting adalah bagaimana upaya dalam menangani masalah traumatik seefektif mungkin dengan harapan korban lepas dari masalah trauma”.

    Bila saja korban selamat dari bencana akan tetap menyimpan ingatan-ingatan selama tidak berusaha menghilangkan masalah trauma yang diakibatkan bencana. Mungkin dalam perjalanan hidup akan ada beberapa hal yang menjadi pemicu ingatan terhadap kejadian trauma. Sangat penting untuk menangani masalah trauma dengan menangani ingatan-ingatan buruk tentang kejadian dan masalah emosional yang timbul akibat trauma. Dalam jangka panjang, jika tidak ada upaya untuk menghilangkan trauma, stres dan depresi yang berkepanjangan juga bisa menyebabkan masalah psikomatis.
    Salah seorang orang tua murid mengatakan :
    ”Anak saya Wulan, masih trauma untuk pergi kesekolah sendirian, karena ketika terjadi gempa sedang ada di tempat bimbingan belajar Gama yang bangunan amruk”

    Pasca gempa 30 September 2009, banyak siswa di kota Padang mutasi kesekolah-sekolah di luar kota dan bahkan di luar Provinsi Sumatera Barat. Kasi Data dan Teknologi Informasi Dinas Pendidikan Kota Padang, Zainir, SH, M.Si, mengatakan:
    ”Sejak 12 Oktober lalu, setiap harinya puluhan siswa mengajukan surat pindah sekolah. Walaupun belum ada data rekapitulasi kongkritnya, sampai hari ini sekitar 60 siswa perhari di sekolah yang berada di kota Padang mengajukan surat pindah sekolah, dengan berbagai alasan”.

    Siswa yang mutasi karena trauma gempa tertuang dalam Surat Usul Mutasi Siswa (SUMS) yang diajukan ke dinas Pendidikan kota Padang dengan keterangan trauma gempa. Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Drs. Nur Amin, M.Pd mengatakan bahwa pasca gempa banyak siswa yang trauma, sehingga mengajukan untuk pindah sekolah keluar Padang.

    Hal ini dikuatkan oleh survey dan wawancara awal penulis di SMP Negeri 2 padang pada tanggal 1 Desember 2009 dengan Bapak Sukasdianto, S.Pd sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan mengatakan :
    ”Pasca gempa 30 September 2009 banyak siswa yang mengalami stes traumatis. 7 orang siswa mutasi atau pindah kesekolah lain yang mereka anggap lebih aman kondisinya. 7 orang anak ini sesuai dengan penilaian konselor memang tidak bisa dihalangi karena mengalami trauma berat”.

    Guru pembimbing sudah menanyakan satu persatu kepada anak yang pindah sekolah tersebut, namun mereka tetap saja pindah karena tidak mau lagi datang kesekolah. Kemudian, koordinator BK SMP N 2 Padang, Gusfiwendri, S.Pd menuturkan bahwa pada awal sekolah pasca gempa 30 september 2009, lebih dari 50 persen dari jumlah siswa SMP Negeri 2 Padang yang mengalami stres tarumatis. Mengenai kondisi belajar mengajar di SMP Negeri 2 Padang pasca gempa 30 September 2009, guru pembimbing Ratna Wardini, S.Pd, mengatakan :
    ”Kondisi belajar di Sekolah kita ini memang tidak nyaman, karena proses evakuasi Hotel Ambacang dengan alat berat menimbulkan keributan. Hal ini pernah membuat terkejut beberapa guru dan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung, sebab bunyi alat berat yang sedang operasi kadang-kadang sama dengan bunyi gempa yang dahsyat”.

    Dari berbagai fakta tersebut, peristiwa alam telah menggangu proses pendidikan. Jika hambatan ini dibiarkan maka rasa takut yang berbuah trauma ini akan selalu menjadi ingatan bagi siswa yang menyebabkan ketidakefektifan proses yang ia jalani. Lingkungan yang tidak efektif menyebabkan pengaruh yang tidak efektif terhadap perkembangan peserta didik.
    Di sekolah-sekolah dalam hal mengarahkan, membimbing serta memotivasi siswa untuk menghilangkan trauma siswa yang dialami karena bencana gempa bumi merupakan tanggung jawab guru pembimbing demi pendidikan dan perkembangan peserta didik supaya masih tegar dalam menjalani haknya untuk memperoleh pendidikan yang wajar serta bermanfaat.
    Posisi guru pembimbing sebagai konselor sekolah merupakan hal yang prinsip di dalam dunia pendidikan untuk mengembangkan peserta didik secara optimal dan mempunyai kepribadian mandiri, bermartabat serta berwawasan luas. Karena guru pembimbing (konselor) merupakan tenaga pendidik dalam lingkup pendidikan sebagaimana tertera di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) BAB I Pasal 1 poin ke-6 yang berbunyi:
    ”Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidkan”.

    Maka untuk mengurangi dan memulihkan masalah trauma yang dialami siswa merupakan tanggung jawab guru pembimbing atau konselor di sekolah-sekolah.
    Di dalam kegiatan pendidikan disekolah sekurang-kurangnya ada tiga ruang lingkup pendidikan, yaitu :
    1. Bidang instruksional dan kurikulum,
    bidang ini bertanggung jawab dalam kegiatan pengajaran
    2. Bidang administrasi dan kepemimpinan,
    bidang ini mencakup manajemen demi efisiensi pendidikan yang dijalani.
    3. Bidang pembinaan pribadi (Bimbingan dan Konseling),
    bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan agar para peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan batiniah dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya, sehingga mereka mencapai tujuan yang diharapkan.

    Maka persoalan kejiwaan pasca gempa yang terjadi merupakan tanggung jawab guru pembimbing dalam mengatasi trauma siswa supaya pendidikan yang akan dilaksanakannya memang sesuai dengan yang diharapkannya.
    Apalagi di SMP Negeri 2 Padang, walaupun mempunyai guru pembimbing yang cukup dengan presentasi siswa, yaitu 750 orang siswa di bimbing oleh 5 orang guru pembimbing. Namun, lokasi SMP N 2 Padang merupakan lokasi paling disorot akibat gempa 30 September 2009. Karena SMP Negeri 2 Padang bersebelahan dengan Hotel Ambacang yang menyisakan pengalaman tragis, KFC Ambacang yang rata dengan tanah berada depan gerbang masuk sekolah, ditambah lagi dengan Hotel Bumi Minang yang amruk akibat gempa serta beberapa bangunan lain disekitarnya yang amruk dan menyisakan berita yang menakutkan. Tentunya menyisakan pengalaman traumatis bagi siswa SMP N 2 tersebut yang setiap hari melihat dan melewati lokasi itu.
    Berdasarkan fakta di atas dan temuan awal penulis di lapangan membuat penulis berhasrat dalam melakukan penelitian tentang : ”Usaha guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang”.


    B. Rumusan dan Batasan Masalah
    a. Rumusan Masalah
    Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana usaha guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang.
    b. Batasan Masalah
    Agar penelitian ini lebih terarah, maka permasalahan yang diteliti perlu dibatasi, yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
    1. Layanan yang diberikan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa
    a. Perencanaan layanan oleh guru pembimbing
    b. Pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing
    c. Evaluasi pelakasaan layanan oleh guru pembimbing
    d. Analisis hasil pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing
    e. Tindak lanjut dari pelaksanaan yang diberikan guru pembimbing
    2. Faktor pendukung dalam memulihkan trauma siswa
    3. Kendala –kendala yang dihadapi guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa
    4. Hasil yang diperoleh dari layanan yang diberikan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa

    C. Penjelasan Judul
    Judul dari penelitian ini adalah: Usaha guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang. Agar tidak terjadi keselisihfahaman maka perlu dijelaskan maksud dari judul penelitian ini, adapun penjelasannya sebagai berikut :
    Usaha : Sesuatu yang dicapai, kemampuan usaha, prestasi yang diperlihatkan. Kegiatan yang mengerahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai sesuatu maksud. Kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud, pekerjaan, daya upaya, ikhtisar untuk mencapai suatu maksud, kerajinan belajar, pekerjaan untuk menghasilkan sesuatu. Yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang menjadi tanggung jawab bagi guru pembimbing dalam mengatasi hambatan pendidikan siswa.
    Guru Pembimbing : Konselor atau guru pembimbing yang memberikan proses bantuan atau pertolongan kepada yang di bimbing atau yang membutuhkan bantuan, sehingga dengan bantuan tersebut mereka dapat mengembangkan kemampuannya untuk dapat mengentaskan dari berbagai permasalahan yang ada sehingga mencapai kematangan diri secara optimal.
    Dalam SKB mendikbud dan kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 19993 tentang petunjuk pelaksanaan fungsional guru dan angka kreditnya dijelaskan bahwa Guru Pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik.
    Trauma : Luka berat, keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani. Kata trauma digunakan untuk menggambarkan kejadian atau situasi yang dialami oleh korban. Pengalaman traumatik adalah suatu kejadian yang dialami atau disaksikan oleh individu, yang mengancam keselamatan dirinya . Maksud penulis adalah dampak trauma tersebut menjadi penghambat bagi pertumbuhan, perkembangan dan pendidikan siswa serta terhambatnya proses efektif kehidupan sehari-harinya.
    Gempa : Guncangan bumi, gerakan bumi secara mendadak dan berhenti secara tiba-tiba. Bergerak keras, tanah bergerak, perisriwa alam berupa getaran atau gerakan bergelombang pada kulit bumi yang ditimbulkan oleh tenaga asal dalam bumi. Yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah guncangan bumi yang menimbulkan kerusakan bangunan dan menyebabkan trauma.

    Berdasarkan penjelasan judul diatas, maka judul yang penulis maksud adalah usaha guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang.

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    1. Tujuan Penelitian
    Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
    a. Untuk mengetahui layanan yang di berikan oleh guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa di SMP Negeri 2 Padang dengan rincian sebagai berikut:
    a) Untuk mengetahui perencanaan layanan oleh guru pembimbing
    b) Untuk mengetahui pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing
    c) Untuk mengetahui evaluasi pelakasaan layanan oleh guru pembimbing
    d) Untuk mengetahui Analisis hasil pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing
    e) Untuk mengetahui tindak lanjut dari pelaksanaan yang diberikan guru pembimbing
    b. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang
    c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP negeri 2 Padang
    d. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari layanan yang diberikan guru pembimbing
    2. Kegunaan Penelitian
    a. Untuk menambah ilmu dan wawasan bagi peneliti
    b. Untuk melengkapi tugas dan syarat dalam rangka mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam (KI) program studi Bimbingan Konseling Islam di lingkungan IAIN Imam Bonjol Padang
    c. Untuk membantu siswa dalam memulihkankan trauma yang dialami akibat gempa
    E. Metodologi Penelitian
    Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai sesuatu yang ditentukan. Sedangkan metode penelitian adalah cara yang di gunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.
    1. Jenis Penelitian
    Penelitian ini bersifat field research (penelitian lapangan). Metodelogi penelitian yang dilakukan disini adalah deskriptif. Menurut Sukardi penelitian deskriptif adalah seseorang peneliti melaporkan keadaan atau objek yang diteliti sesuai dengan apa yang ada. Dalam rangka penelitian lapangan yang dikemukakan oleh Mardalis, penelitian lapangan adalah upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang saat itu terjadi atau ada.
    Tujuan penelitian deskriptif adalah :
    1. mencari informasi faktual yang detail, menggambarkan gejala yang ada
    2. mengidentifikasi masalah-maslah atau mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek –praktek yang telah dan sedang berlangsung
    3. membuat komparasi dan evaluasi
    4. mengetahui apa yang dikerjakan orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang sama,agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan dimasa datang.

    2. Sumber Data
    Dalam hal ini yang menjadi sumber data untuk memperoleh informasi adalah sebagai berikut:
    a. Guru pembimbing SMP Negeri 2 Padang
    b. Siswa SMP Negeri 2 Padang yang mengalami trauma pasca gempa
    3. Populasi dan sampel
    a. Populasi
    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang berfungsi sebagai sumber data. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini dapat di lihat dalam tabel berikut :
    Tabel 1.1
    Gambaran Umum tentang Populasi

    NO Unsur Populasi
    1 Guru Pembimbing 5 orang
    2 Siswa yang mengalami trauma pasca gempa 80
    Jumlah 85
    Sunber data : Koordinator BK SMP Negeri 2 Padang 2009/2010
    b. Sampel
    Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
    Tabel 1.2
    Gambaran Umum Tentang Sampel

    No Unsur Populasi
    1 Guru Pembimbing 5 orang
    2 30% dari siswa yang mengalami trauma pasca gempa 24 orang
    Jumlah 29 orang



    4. Teknik Pengumpulan data
    Untuk mendapatkan data yang lengkap dan tepat penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara :
    a. Observasi
    Obsevasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu dengan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Pengamatan langsung yang dimaksudkan disini dapat berupa kegiatan melihat, mendengar kegiatan dengan alat indra lainnya. Jadi penulis mengamati langsung kelapangan untuk menghimpun data tentang apa usaha guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang.
    b. Wawancara
    Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan kepada responden dan si responden juga memberikan jawaban secara lisan. Metode wawancara peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaan yang akan dilakukan. Wawancara di tujukan kepada guru pembimbing dan siswa yang mengalami trauma di SMP Negeri 2 Padang. Untuk mengetahui bentuk layanan yang di berikan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang.

    5. Teknik Pengolahan Data
    Pengolahan analisa data dapat di lakukan dengan cara mendeskripsikan unsur-unsur yang merupakan bagian dari suatu penelitian atau sebaliknya mengkombinasikan dan mengintegrasikan berbagai unsur yang terpisah sehingga menjadi sesuatu sebagai satu kesatuan untuk di tarik menjadi sebuah kesimpulan. Sebagai langkah terakhir dalam penelitian ini adalah di lakukan pengolahan data yang di peroleh melalui wawancara dan di olah dengan menggunakan teknik deskriptif yang satu cara pengolahan data yang dirumuskan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
    F. Sistematika Penulisan
    Sistematika kepenulisan terdiri dari beberapa bab dan sub-sub bab. Bab I merupakan pendahuluan sebagai pengantar umum secara keseluruhan dari penelitian. Dalam bab ini dikemukakan aspek yang menjadi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
    Bab II merupakan landasan teori yang menyangkut tentang Pengertian guru pembimbing, Tugas Guru Pembimbing Pengertian Guru Pembimbing, Kepribadian Guru Pembimbing dalam perspektif Islam, Tugas Guru Pembimbing, Pengertian Trauma, Penyebab Trauma, Gejala dan Dampak Trauma serta Penangan Trauma.
    Bab III merupakan inti dari pembahasan atau masalah yang akan diteliti yang dilakukan dengan penelitian deskriptif yang meliputi: Layanan yang diberikan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa dengan rincian: perencanaan layanan oleh guru pembimbing, pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing, evaluasi pelaksanaan layanan yang diberika guru pembimbing, analisis hasil dan tindak lanjut. Faktor pendukung dalam memulihkan trauma siswa, Kendala –kendala yang dihadapi guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa, Hasil yang diperoleh dari layanan yang diberikan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa.
    Bab IV adalah penulisan tentang penutup yang menyangkut tentang kesimpulan dan saran-saran.






    BAB II
    LANDASAN TEORITIS

    A. Guru Pembimbing
    1. Pengertian Guru Pembimbing
    Guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik.
    Guru pembimbing merupakan orang yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah mulai dari penyusunan program sampai tindak lanjut dari pelaksanaan bimbingan dan konseling. Tugas dan tanggung jawab guru pembimbing tidaklah jauh berbeda dengan guru mata pelajaran lainnya, hanya saja perbedaannya terletak pada metode dan tata pelaksanaannya.
    Sesuai dengan ketentuan SKB Mendikbud dan kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993 tentang petunjuk pelaksanaan fungsional guru dan angka kreditnya dijelaskan bahwa guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik.
    Jadi guru pembimbing yang penulis maksud adalah guru yang bertugas, bertanggung jawab dan membimbing siswa asuh 150 orang atau lebih dalam mengembangkan potensi siswa di sekolah serta mengatasi kesulitan-kesulitan yang di alami siswa melalui layanan BK 17 plus.

    2. Tugas dan Peranan Guru Pembimbing
    Sebagai pelaksana dan penyelenggara kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah guru pembimbing seharusnya memiliki berbagai pengetahuan, pemahaman serta keahlian di bidang bimbingan dan konseling itu sendiri sehingga layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan sebagaimana yang tercantum dalam SK Menpan nomor 84/1993 pasal 3 bahwa tugas pokok guru pembimbing itu adalah menyusun program bimbingan konseling, melaksanakan program, evaluasi pelaksanaan program, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling dan tindak lanjut dalam program bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya
    Menurut Prayitno tugas guru pembimbing sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli dalam bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
    a) Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
    b) Merencanakan program bimbingan dan konseling terutama program satuan layanan dan kegiatan pendukung untuk satuan-satuan waktu tertentu, program tersebut dikemas dalam program mingguan, bulanan, caturwulan dan tahunan
    c) Melaksanakan segenap program satuan layanan
    d) Melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
    e) Menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung
    f) Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
    g) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
    h) Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan satuan pendukung bimbingan konseling yang dilaksanakan
    i) Mempertanggungjawabkan tugas kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konselinmg secara menyeluruh kepada koordinator BK serta kepala sekolah.

    Untuk pencapaian keberhasilan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dari beberapa hal di atas tidak dapat dipisahkan, jika salah satu poin tidak dapat dikerjakan maka akan terjadi suatu hambatan bagi tercapainya suatu tujuan yang diinginkan bersama.
    Sesuai dengan hal diatas maka manusia dituntut akan pertanggung jawabannya sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra ayat 36 :
    وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

    Artinya: ”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.

    Dalam tafsir Al Misbah karangan Qurasy Sihab ayat di atas menjelaskan bahwa lakukan apa yang diperintahkan, jauhilah apa yang dilarang, jangan ikuti jika kamu tidak mengetahui, jangan mengakui jika kamu tidak tahu atau mengakui jika kamu tidak mendengar, setiap manusia mempunyai pendengaran, penglihatan dan hati. Dan merupakan suatu alat dan akan dipertanggungjawabkan nantinya, bagaimana seseorang menggunakannya dan memanfaatkannya.
    Adapun peranan guru pembimbing adalah :
    1) Peranan guru pembimbing dalam bimbingan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
    a) Membuat catatan mengenai peserta didik untuk dipelajari
    b) Guru prmbimbing harus mendapatkan kepercayaan dari individu yang bersangkutan
    c) Guru pembimbing harus menjelaskan masalah-masalah yang dihadapinya terutama kesulitan disekolah
    d) Guru pembimbing harus memimpin dan memberikan saran-saran pemecahan masalah yang positif
    e) Guru pembimbing harus membesarkan hati individu agar ia melakukan rencana kegiatan yang telah ditetapkan sebanyak mungkin
    f) Guru pembimbing harus mencatat isi wawancara serta hasil yang telah didapatkan
    g) Guru pembimbing memberikan bimbingan yang diperlukan sehingga individu dapat melaksanakan berbagai kegitan atau usaha yang sesuai dengan kemampuan dan masalah yang dihadapinya
    h) Apabila tercapai kegiatan yang telah dilaksanakan itu gagal mencapai sasaran, maka guru pembimbing harus memberikan layanan.

    2) Peranan guru pembimbing dalam pengawasan organisasi bimbingan dan konseling sebagai berikut :
    a) Ia harus memiliki kemampuan untuk memahami dan mengetahui sifat-sifat seseorang
    b) Seseoprang guru pembimbing harus banyak punya pengalaman yang berliku-luku
    c) Seorang guru pembimbing harus mempunyai keperibadian yang seimbang dan kuat
    d) Seorang guru pembimbing harus simpati dan bersifat objektif, harus tajam perasaannya dan memancarkan cahaya yang dapat membuat jiwa seseorang dan selalu bijaksana dalam melayani orang lain.


    Jadi dengan adanya tugas dan peranan yang diemban oleh guru pembimbing maka diharapkan terbantunya proses pelaksanaan pengajaran serta akan membantu juga dalam kelancaran proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di suatu sekolah tersebut dan apa yang menjadi tugas dan peranan guru pembimbing itu akan dipertanggungjawabkan di dunia kepada atasan suatu lembaga dan diakhirat nantinya kepada Allah SWT.



    3. Kepribadian guru pembimbing dalam perspektif Islam
    Siapa sebenarnya yang berhak disebut sebagai pembimbing dalam bimbingan dan konseling Islami dapat dilihat dari syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh guru pembimbing bimbingan dan konseling Islami.
    Seorang konselor harus menpunyai sifat keperibadian yang baik atau berakhlak yang mulia untuk menunjang keberhasilan dalam melakukan bimbingan dan konseling islami. Sifat atau keperibadian yang baik itu adalah:
    a. Siddiq (mencintai dan membenarkan kebenaran)
    Seorang pembimbing atau konselor harus memiliki sifat siddiq yaitu cinta pada kebenaran dan mengatakan benarnya sesuatu yang benar memang benar . Seorang konselor mampu mengatakan kebenaran terhadap sesuatu yang benar seperti firman Allah dalam surat Annisa ayat 105
    إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا

    Artinya: ”Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat ( QS Annisa ayat 105)”

    Menurut Ahmad Mustafa Al-Maraghi, sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan Al-quran pada ummatnya untuk menetapkan dan menjelaskan yang hak atau menjadi hakim Allah diantara manusia dengan hukuman yang telah diberikan Allah kepadanya, jangan tertipu oleh pembicaraan orang-orang yang berkhianat demi membela mereka yang khianat.
    Dalam artinya konselor harus jujur, yang dimaksud dengan jujur disini adalah bahwa konselor itu bersikap tranparans (terbuka) dan asli. Sikap jujur yang dimiliki konselor akan menghasilkan :
    1. Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologi yang lebih dekat satu sama lainnya dalam proses konseling
    2. Kejujuran memungkinkanm konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif kepada klien.

    b. Amanah (dapat dipercaya)
    Seorang konselor harus dapat dipercaya, dengan adanya kepercayaan klien terhadap diri konselor, maka akan mendorong klien untuk mengemukakan masalah dirinya yang paling dalam. Dalam proses konseling klien juga perlu mencapai karakter dan motivasi konselor dalam artian klien percaya bahwa konselor sangat penting dalam konseling artian konselor mau dan mampu menjaga rahasia orang yang menjadi kliennya
    Allah juga jelaskan dalam QS Al-Qashas ayat 26
    قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَاأَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
    Artinya: ”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya (QS Al-Qashas ayat 26)” .

    Menurut Ahmad Mustafa Al-Maraghi sebaik-baiknya orang adalah orang yang kuat menjaga kepercayaan dan tidak dikhawatirkan akan mengkhianati amanat.
    Jadi seorang konselor yang mempunyai sifat amanah (dapat dipercaya) cendrung memiliki sikap dan prilaku sebagai berikut :
    1) Dapat dipercaya oleh klien
    2) Tidak membuat klien kecewa atau kesal
    3) Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak ingkar janji dan mau membantu secara penuh

    c. Tabligh (menyampaikan apa yang layak disampaikan)
    Seorang guru pembimbing atau konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam harus bersedia menyampaikan apa yang layak disampaikan kalau dia mempunyai ilmu dia bersedia menyampaikan ilmunya tersebut kepada kliennya, kalau diminta untuk menasehati, dia bersedia memberikan nasehat sesuai dengan kemampuannya

    d. Fatonah (intelegensi, cerdas, berpengetahuan)
    Konselor Islam harus memiliki kemampuan dan kecerdasan yang memadai termasuk sifat inovatif, kreatif, cepat tanggap dan sebagainya. Pengetahuan dan keterampilan yang luas diperlukan untuk bisa membimbing dengan baik.
    Konselor yang senantiasa berusaha meningkatkan kualitas kopetensinya akan menampilkan sifat atau prilaku sebagai berikut :
    1) Secara terus-menerus meningkatkan pengetahuannya tentang tingkah laku dan konseling dengan banyak membaca buku-buku atau jurnal yang relevan
    2) Menemukan pengalaman-pengalaman hidup baru yang membantunya untuk lebih mempertajam kopetensi dan mengembangkan keterampilan konselingnya
    3) Mencoba gagasan-gagasan atau pendekatan-pendekatan baru dalam konseling
    4) Menevaluasi efektivitas konseling yang dilakukannya dengan menela’ah pertemuan konseling agar dapat bekerja lebih giat
    5) Melakukan kegiatan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi yang telah dilaksanakan untuk mengembangkan atau memperbaiki proses konseling


    e. Mukhlis (ikhlas dalam menjalankan tugas)
    Seorang konselor harus ikhlas harus ikhlas dalam menjalankan tugasnya kerana semata-matanya mengharapkan ridho Allah (Lillahi Ta’ala) sebagaimana yang telah dijelaskan Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 :
    وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

    Artinya : ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian Itulah agama yang lurus (QS Al-Bayyinah ayat 5)”.

    Menurut Ahmad Mustafa Al-Maraghi Allah SWT memerintahkan pada umatnya untuk menyembah kepada Allah dengan ikhlas dan juga ikhlas dalam menerima aqidah dan beramal dengan ikhlas hanya karena Allah baik sendirian maupun dengan banyak orang dan membersihkan diri dari menyekutukan Allah.


    f. Sabar
    Seorang konselor memiliki sifat sabar, dalam artian ulet, tabah, ramah, tidak pernah putus asa, tidak mudah marah, mau mendengarkan keluh kesah klien dengan penuh perhatian dan lain sebagainya. Seorang konselor perlu memiliki sifat sabar karena yang menjadi kliennya kerap kali bukan merupakan orang yang sehat psikologinya. Firman Allah dalam QS Al-Muzamil ayat 10:
    وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا

    Artinya: ”Dan Bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik (QS Al-Muzamil ayat 10)”

    Dari ayat di atas ahmad Mustafa Al-Maraghi menerangkan bahwa :

    “Allah memerintahkan kepada hambanya untuk bersabarlah atas apa yang dikatakan kepadamu dan kepada tuhanmu oleh orang-orang bodoh dari kaummu dan mendustakanmu dan menjauhlah dari mereka dengan cara yang baik, yaitu engkau berhatikan mereka tetapi engkau jauhi pula mereka, engkau menutup mata terhadap kesalahan-kesalahan mereka dan tidak pula mencela mereka”

    Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami, sikap sabar konselor menunjukan lebih memperhatikan diri klien dari pada hasilnya. Konselor yang sabar cendrung menampilkan kualitas sikap dan prilaku yang tidak tergesa-gesa.


    g. Mampu mengendalikan diri
    Konselor harus memiliki kemampuan kuat untuk mengendalikan diri, menjaga kehormatan diri dan kehormatan klien sebagaimana firman Allah dalam surat Annur ayat 30 :

    قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ
    اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

    Artinya: ”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat (QS Annur ayat 30)”.

    Menurut Ahmad Mustafa Al-Maraghi Allah memerintahkan pada hambaNya untuk memelihara pandangan dari apa yang diharamkanNya agar terhindar dari perbuatan keji dan tidak ada sesuatu perbuatan apapun yang tidak diketahuanya.

    B. Trauma
    1. Pengertian Trauma
    Trauma memiliki definisi medis dan kejiwaan. Secara medis trauma berarti cedera, luka, atau shock fisik yang serius atau parah. Definisi ini sering digabungkan dengan pengobatan trauma yang dipraktekan dalam ruang gawat darurat dan mewakili pandangan terkini. Secara kejiwaan trauma diasumsikan sebagai sebuah arti yang berbeda. Berarti pengalaman secara emosi yang menyakitkan, distress, dan mengejutkan, dimana biasanya menghasilkan efek mental dan fisik yang mendalam. Trauma secara kejiwaan, atau kekerasan emosi, intinya respon normal pada sebuah peristiwa yang ekstrim, dimana melibatkan pencitraan memori emosional tentang peristiwa distress yang tersimpan sangat dalam di otak. Secara umum, hal ini dipercaya semakin sering terlibat langsung dengan tekanan, semakin besar kemungkinan terjadi kekerasan emosi. Misalnya, terjadi penembakan di sekolah, tentunya murid yang melihat temannya tertembak atau terbunuh secara emosi akan terpengaruh daripada murid lain yang tidak melihat ketika pelanggaran itu terjadi. akan tetapi ada kemungkinan, sehingga dengan alasan ini semua anak dan orang dewasa yang terlibat kekerasan atau bencana bahkan hanya melihatnya melalui media cetak, harus diawasi akan adanya disstress emosional.
    Defenisi trauma bukanlah suatu defenisi yang spesifik dan bisa dirampatkan ke dalam satu kalimat, melainkan defenisi yang melibatkan beberapa parameter. Trauma merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata inderawi. Trauma bukanlah suatu entitas fisik, maka trauma tidak pernah dapat dilihat, diraba, atau dihancurkan oleh kekuatan fisik. Sebab dari trauma bisa merupakan sebab material, seperti ledakan bom atom, tetapi trauma itu sendiri bukanlah material. Trauma lebih tepat digambarkan sebagai sebuah perasaan. Trauma mempengaruhi emosi dan pikiran manusia. Pengaruh yang terutama sekali adalah pengaruh yang membawa pikiran dan emosi manusia pada kondisi-kondisi negatif, seperti kecemasan, ketidakberdayaan dan dendam. Segala sesuatu yang memiliki sebab, membuat manusia menderita untuk jangka waktu yang lama, membuat manusia merasa sedih, cemas, dan takut, serta menghantui generasi mendatang, dapatlah disebut sebagai trauma. Trauma mencakup pula semua bentuk penyiksaan, seperti penyiksaan pada anak, perbudakan, kemiskinan, perang, pembersihan etnis, dan penciptaan kamp-kamp konsentrasi. Trauma pada hakekatnya bersifat sosial. Semua bentuk trauma personal memang dialami secara konkret oleh individu singular, tetapi akibat dan gaung dari trauma tersebut terasa di dalam resonansi rasa kemanusiaan kita.
    Trauma psikologis merupakan gangguan pada jiwa yang timbul akibat peristiwa traumatik. Peristiwa traumatik bisa sekali dialami, bertahan dalam jangka lama, atau berulang-ulang dialami oleh penderita. Peristiwa tersebut mengalahkan individu untuk mengatasi dan mengintegrasikan ide-ide dan emosinya.
    Trauma diartikan juga luka berat, keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani. Kata trauma digunakan untuk menggambarkan kejadian atau situasi yang dialami oleh korban. Pengalaman traumatik adalah suatu kejadian yang dialami atau disaksikan oleh individu, yang mengancam keselamatan dirinya. Trauma juga diartikan ketidakcocokan antara tuntutan dengan harapan. Tuntutan untuk mendapat rasa aman dari gempa bagi anak, keluarganya, serta famili tetapi kenyataan yang terjadi perasaannya tidak berdaya, penuh cemas karena keributan gempa yang dahsyat pernah terjadi. Trauma akan tetap hidup dan meningkat, walaupun sebab utamanya sudah tidak lagi ada. Dengan kata lain, trauma tidak dapat langsung mereda begitu saja. Ketika trauma timbul, lepas dari apakah faktor utama, masih ada atau tidak, efek dari trauma tersebut akan terus bergema untuk waktu yang sangat lama. Selama korban dan pelaku masih hidup, trauma juga akan tetap hidup, walaupun tampak meredup bersembunyi di alam ketidaksadaran individu. Segala sesuatu yang memiliki sebab, dan membuat manusia menderita untuk waktu yang lama, mungkin juga sepanjang hidup mereka, membuat mereka merasa sedih, menghantui generasi mendatang, adalah trauma. Trauma tersebut bisa mengambil bentuk penyiksaan, perbudakan, kemiskinan, ataupun yang terbesar, yakni perang. Semua itu secara inheren menciptakan trauma bagi manusia.
    Sebenarnya ada 2 istilah dalam persoalan traumatis yaitu, Gangguan stress akut(acute stress disorder/ASD) adalah suatu reaksi maladaptif yang terjadi pada bulan pertama sesudah pengalaman traumatis. dan Gangguan stes pasca trauma (posttraumatic stress disorder/PTSD). Adalah reaksi maladaptive yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. ASd merupakan factor risiko mayor untuk PTSD. PTSD berkemungkinan berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun atau seumur hidup.
    2. Penyebab Trauma
    Rasa kehilangan dan kesedihan yang mendalam bisa memicu munculnya trauma. Penyebab trauma adalah peristiwa yang sangat menekan, terjadi secara tiba-tiba dan di luar kontrol seseorang, bahkan sering kali membahayakan kehidupan atau mengancam jiwa. Misalnya, perkelahian, penganiayaan, pemerkosaan, perang, peristiwa alam gempa bumi serta peristiwa alam lainnya yang mengakibatkan gangguan ancaman kehidupan bagi masyarakat.
    Trauma muncul kibat dari saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa terjadi yang menggoncang eksistensi kejiwaan. Trauma adalah akibat, dan akibat selalu menggandakan adanya sebab. Trauma bisa timbul, karena disebabkan oleh satu atau beberapa faktor yang saling berakumulasi. Lebih jauh dari itu, trauma pada dirinya sendiri dapat menyebabkan trauma lebih jauh, artinya, sebab dari trauma mungkin saja merupakan trauma lainnya.
    Trauma terjadi karena sesuatu kejadian eksternal secara tiba-tiba. Kejadian itu mengerikan dan dahsyat sekali, dan mempengaruhi serta membingungkan anak, sehingga ia tidak tahu bagaimana menangani situasi itu. Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi terhadap perasaan-perasaan emosi yang ia alami karena kejadian itu. Dia dipaksa untuk menangani perasaan-perasaan baru itu, di dalam situasi yang baru dan lain, misalnya pengalaman menyelamatkan diri dari runtuhan bangunan dan melihat orang di sekitarnya tertimpa sehingga meninggal dunia
    Rasa trauma merupakan beban psikologis masyarakat pasa sebuah kejadian yang mengancam keselamatan. Trauma disebabkan oleh tekanan lingkungan yang meluluhlantakkan. Kematian seseorang yang dicintai (death of a loved one) membuat kekecewaan bertambah. Mereka mengalami penderitaan yang sama menyakitkan dengan kondisi luka fisik. Rasa trauma mengakibatkan ketidakberdayaan. Orang yang tidak berdaya mengalami stress dan shock berat. Ketidakberdayaan mengarahkan pada sikap apatis, putus asa dan ingin bunuh diri. Ketidakberdayaan menuntunnya pada kondisi labil, dan penuh ragu serta berpikir negatif. Misalnya, orang Aceh yang merasa tidak mampu mengatasi masalahnya pasca tsunami 2004 mengarahkan orang menjadi gagal, dan marah serta cemas.
    Trauma biasanya terdiri dari beberapa peristiwa, bukan pada suatu peristiwa saja, yang mempengaruhi anak dengan cara yang berlainan. Trauma dapat dikategorikan ke dalam tiga penyebab kejadian trauma, yaitu:
    1) Kekerasan
    Kebanyakan anak dalam trauma mengalami dan menjadi korban kekerasan. Kekerasan ini diekspresikan melalui banyak cara – kehidupan jalanan dengan mucikari dan bandar obat-obatan terlarang, peperangan, pelecehan seksual, dan lain sebagainya. Mungkin kekerasan yang paling buruk bagi anak-anak yaitu pada waktu mereka dipaksa untuk melakukan kejahatan itu sendiri apalagi terhadap orang yang mengasihani dan perhatian terhadap mereka sendiri. Pada waktu anak-anak bertumbuh dalam bentangan kekerasan, biasanya hal itu mengakibatkan kehilangan yang berat atau perpisahan.
    2) Kehilangan atau Perpisahan
    Anak bisa kehilangan orang tua, saudara-saudara, rumah tangga, dan bahkan negaranya, jika mereka mengalami sesuatu kejadian yang dahsyat dan itu di luar diri mereka sendiri. Misalnya, gempa bumi dengan kekuatan yang tinggi sehingga memporak-porandakan berbagai bangunan yang menyebabkan kematian, kehilangan harta benda serta rumah. Risikonya, banyak anak harus tinggal di kamp pengungsi atau sebagai anak jalanan. Anak mungkin juga kehilangan secara fisik karena kekerasan atau reruntuhan yang menimpa mereka, seperti kehilangan bagian tubuhnya, yang menyebabkan mereka menjadi timpang seumur hidup, atau kehilangan kesehatan, karena tertular penyakit, atau penyakit menular lainnya yang didapatkan. Banyak orang merasa kehilangan yang paling mendalam adalah kehilangan hak dasar mereka sebagai anak, yang disebabkan keterbatasan tanggungjawab, perlindungan oleh orang dewasa dan kebebasan yang terjamin untuk menjelajahi dan menemukan dunia mereka. Mungkin mereka kehilangan semua perasaan yang terbuka akan keingintahuan.
    3) Eksploitasi
    Eksloitasi disebut juga mengambil kesempatan dalam kesempitan terhadap anak. Eksplotasi menjadi kombinasi dari kekerasan dan kehilangan. Anak-anak dapat dieksplotasi melalui berbagai cara, termasuk dipaksa untuk melayani sebagai tentara anak, diambil untuk menjadi pekerja anak, atau digunakan sebagai pelacur atau dalam pornografi.
    Trauma diakibatkan oleh kejadian yang dialami atau dilihat seorang anak. Pada umumnya ini dapat dibagi 4 golongan yaitu :
    1. Menjadi korban, misalnya diculik, ditodong, diperkosa atau dipaksa untuk melakukan hal-hal yang bukan-bukan
    2. Kehilangan kepercayaan diri sendiri dan kepercayaan kepada orang lain, kehilangan rumah, sekolah, pengobatan, keperluan sehari-hari
    3. Persoalan yang berasal dari kehidupan keluarga, misalnya perkosaan oleh ayah tiri, keluarga yang disfungsional, ditinggal orang tua, kemiskinan, menjadi yatim piatu.
    4. Bencana alam, misalnya kebakaran, kebanjiran, hujan lebat, badai, tsunami dan gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan, kematian serta kehilangan.

    3. Gejala dan Dampak Trauma
    1) Gejala Trauma
    Biasanya gejala berlangsung minimal dua hari sampai 4 minggu selama satu bulan pasca kejadian. Seseorang bisa digambarkan memiliki gejala jika gejala gangguan mental lain tidak bisa menjelaskan gejala yang dialami. Ini di sebut ASD (Acute stress disorder ). Jika gejala itu muncul setelah satu bulan maka diagnosa berubah menjadi PTSD (post-traumatic stress disorder). Gejala-gejala yang menyertai adalah sebagai berikut:
    1. respon emosi yang kurang, rasa kesemutan atau mati rasa.
    2. kurang peka pada keadaan sekitar
    3. rasa mengawang
    4. tidak percaya diri atau merasa menjadi bukan diri sendiri
    5. ketidakmampuan mengingat kejadian
    6. meningkatnya kecemasan dan kesulitan
    7. tetap terjaga atau susah tidur
    8. kesulitan merasakan kenikmatan
    9. pengulangan rasa mengalami kejadian dengan pencitraan atau pikiran, mimpi, ilusi dan kilas balik
    10. selalu menghindar dari tekanan pikiran, emosi, pembicaraan, keramaian yang mengingatkannya pada peristiwa atau kejadian

    Anak atau siswa yang diganggu PTSD juga mengalami gejala-gejala sebagai berikut :
    1. Mengarahkan kesulitan mereka kepada diri sendiri, menjadi pendiam, tidak mau bergaul dengan teman-teman mereka
    2. Kelakuan mereka seperti anak kecil lagi (ngompol di tempat tidur, mengisap jempol, mimpi ketakutan), atau bicara bergagap.
    3. Menjadi cepat marah, aggressive, berkelakuan nakal, berkelahi.
    4. Tidak dapat tidur, takut tidur sendiri, tidak mau ditinggal sendirian meskipun untuk waktu yang singkat saja.
    5. Mencari “tempat aman” di tempat mereka berada. Kadang-kadang mau tidur di lantai, tidak mau tidur di tempat tidur, karena takut kalau tidur nyenyak tidak tahu kalau bahaya datang.
    6. Ketakutan kalau mendengar, melihat, atau mencium sesuatu yang mirip seperti waktu kejadian trauma berlangsung. Bunyi mobil kadang-kadang mengingatkan si anak kepada bunyi gempa. Untuk seorang anak, mendengar anjingnya jalan turun dari tangga, seperti ayahnya jatuh dari tangga dan mati.
    7. Menjadi waspada terus-selalu melihat-lihat sekeliling karena takut ada bahaya.
    8. Berlaku seperti tidak takut karena sesuatu dan kepada siapapun juga. Kalau ada bahaya mereka berlaku tidak wajar, sambil berkata mereka tidak takut pada apapun juga.
    9. Lupa kecakapan yang baru saja dipelajari.
    10. Berkata-kata mau membalas dendam.
    11. Sakit kepala, sakit perut, cepat capek dan sakit-sakit yang sebelumnya tidak ada.
    12. Sering mengalami kecelakaan karena mengambil risiko yang berbahaya, menempatkan diri sendiri di tempat-tempat bahaya, men-sandiwarakan kejadian trauma sekali lagi seperti korban (victim) atau tokoh.
    13. Kesulitan-kesulitan di sekolah, nilai yang menurun, dan kesulitan konsentrasi
    14. Menjadi pessimis, tidak ada harapan masa depan, kehilangan keinginan untuk survive, bermain, menikmati hidup
    15. Minum obat narkotik atau ikut gerakan-gerakan yang melawan kebudayaan (counter culture movement) teristimewa bagi anak-anak yang lebih tua.

    ASD atau PTSD mempunyai banyak ciri dan simtom yang sama. Diantara ciri yang sama adalah mengalami kembali peristiwa traumatis, menghindari petunjuk atau stimuli yang diasosiasikan dengan peristiwa tersebut, mati rasa dalam responsivitas secara umum atau dalam segi emosional, mudah sekali terangsang, gangguan fungsi atau distres emosional. Perbedaan utama dalam kedua gangguan tersebut adalah pada ASD penekanannya ada pada disosiasi, yaitu perasaan asing terhadap diri sendiri atau terhadap lingkungannya. Orang-orang terhadap gannguan disstres akut merasakan terbengong-bengong (in a daze) atau dunia ini dirasakan sebagai suatu tempat dalam mimpi atau suatu tempat yang tidak nyata.


    Sesudah kejadian trauma berakhir, dan keadaan aman kembali, pikiran dan perasaan trauma masih saja mempengaruhi anak untuk waktu yang lama. Pengalaman gempa bumi masih terkilas dengan jelas dipikiran si anak, dan sangat mempengaruhi dia. Hal ini menyebabkan:
    1. Luka emosi
    2. Bingung (karena tidak mengerti trauma)
    3. Kelainan tingkah laku

    Anak yang mengalami trauma sering kali ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut:
    1. Tingkah laku agresif
    Misalnya, memukul, menendang, menjerit dan memecahkan barang-barang tertentu
    2. Tanda-tanda tingkah laku kemunduran
    Maksudnya anak berprilaku seperti kanak-kanak dan bermanja-manja seperti saat anak usia ngompol dulu. Mengisyaratkan waktu dimana mereka dulu merasa aman.
    3. Gejala-gejala fisik
    Misalnya, sakit kepala, sakit perut, dan hilang nafsu makan.


    Biasanya gejala pengalaman traumatis seorang siswa atau anak muncul berulang dalam waktu yang cukup lama, diantaranya adalah :
    1. menolak membicarakan peristiwa yang pernah dialaminya
    2. menghindar dari apa yang ditakutinya
    3. aktivitas rutinnya tiba-tiba juga berubah
    4. takut pada orang yang mengintimidasinya
    5. susah tidur dan jika malam selalu mimpi buruk dengan terbangun dan keringatan
    6. gampang marah
    7. tak bisa konsentrasi
    8. tak mau berteman
    9. minatnya hilang
    10. dan sebagainya

    Harus disadari bahwa tingkah laku dan gejala-gejala agresif, kemunduran atau psikomatis, adalah upaya anak yang mengalami trauma untuk menyatakan perasaan dan kebutuhannya.
    2) Dampak Trauma
    Dampak-dampak dari trauma bisa mengambil berbagai bentuk. Setiap anak yang mengalami kejadian traumatis sangat memungkinkan mengalami lebih dari satu dampak. Beberapa dampak trauma menurut ”Yayasan Pulih Trauma” adalah sebagai berikut:
    a. Rasa Duka
    Rasa duka akibat kehilangan anggota keluarga atau sahabat, bahkan orang yang tidak dikenal, dapat menyebabkan pengalaman rasa sedih berkepanjangan.
    b. Hilangnya Kepercayaan diri dan citra diri
    Perasaan seseorang bahwa ia telah gagal melakukan sesuatu untuk menyelamatkan keadaan atau orang lain atau diri sendiri, menyebabkan ia berpikir bahwa ia telah gagal menjadi manusia yan berguna.
    c. Kehilangan makna dan tujuan
    Seseorang melihat tiada lagi makna dan tujuan dalam hidupnya. Pertanyaan seperti, ’’untuk apa lagi saya hidup?”, ”apa artinya hidup ini?”, ’’untuk apa semua ini?”. Lalu muncullah pertanyaan yang mempertanyakan apa alasan semua kejadian itu dan terpaksa menjawabnya sendiri.
    d. Kehilangan rasa aman
    Seseorang jadi menyadari bahwa lingkungannya bukanlah tempat yang tidak aman lagi. Tidak ada lagi hal yang pasti.
    e. Kehilangan makna spiritual
    Persaan bahwa hidup kita sudah kacau balau dan bahwa hidup ini tidak adil, dapat saja menghancurkan kepercayaan yang sudah mendalam. Korban traumatis bisa berpandangan bahwa hidup ini adalah lawakan yang kejam dan bahwa Tuhan tidak ada. Atau bahkan bisa menemukan kepercayaan dan tujuan hidup baru.
    f. Kehilangan kontak sosial
    Kecelakaan dapat menyebabkan hilangnya orang-orang dilingkungan kita. Kalaupun ada orang-orang di dekat kita, maka belum tentu mereka bisa memahami apa yang terjadi dengan kita. Ketidakmengertian mereka dapat membuat kita merasa terasing sendiri. Padahal sebenarnya pengaruh keluarga dan teman serta pekerjaan penting untuk membantu kita membangun kembali identitas sosial personal.
    4. Cara Penanganan Trauma
    Apabila individu mengalami kejadian traumatis maka pandangannya terhadap dunia akan berubah. Kejadian-kejadian traumatis yang di alami korban membuat korban cendrung berpikir akan kengerian yang terjadi di dunia, dan hal tersebut membuatnya semakin menyadari kelemahan dan kerentanan hidup mereka sendiri. Untuk itu perlu pemulihan atau penanganan trauma bagi siswa yang mengalami trauma. Unsur-unsur pokok untuk memulihkan trauma seorang anak atau siswa adalah :
    1. Memberi kesempatan untuk melepaskan secara aman perasaan- perasaan (berbicara atau bermain)
    2. Memberi anak rasa aman yang dapat memberi kebebasan dari gejala-gejala dan tingkah laku pasca traumatis
    3. Menolong anak pulih dari rasa misteri dan kendali dalam kehidupan melalui situasi yang tersusun seperti kehidupan yang rutin dan membuat keputusan
    4. Memperbaiki kesalahfahaman dan mempersalahkan diri
    5. Memulihkan rasa percaya anak dalam dirinya sendiri, bersamaan dengan keyakinan dalam pengharapan bagi masa depan
    6. Memperkecil luka trauma melalui menunjukkan pengertian orang lain akan trauma anak, khususnya bagi mereka yang memberikan perhatian atau pemeliharaan.


    Dalam penangan trauma siswa, dapat di bagi kedalam dua kategori penganan, yaitu:
    1) Penanganan Umum
    Mengatasi trauma pada siswa bukanlah proses yang instan, diperlukan waktu dan kesabaran dari guru pembimbing dan orang tua untuk membantu anak keluar dari trauma yang dialaminya. Jika orang tua melihat ada gejala trauma pada anak, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
    a) Bawalah ke psikolog untuk mencari penyebab trauma yang dialami anak. Jika sampai mengganggu sekali ada kalanya anak disarankan untuk ke psikiater guna dilakukan beberapa pengobatan secara medis
    b) Bawalah ke konselor untuk mengatasi trauma dalam hal trauma psikologis
    c) Terlepas dari dampak nantinya, biasanya dilakukan terapi berpikir (cognitive behavior therapy/CBT). Cara berpikir anak diubah menjadi positif. Contoh, anak yang merasa dirinya tak berharga lalu ditonjolkan kelebihan yang dimilikinya semisal dalam melukis, bermain piano, dan sebagainya
    d) Menjadi anggota support group agar anak bisa berbagi dan tidak merasa sendirian mengalami trauma
    e) Ajarkan teknik relaksasi maupun meditasi untuk anak agar ia lebih tenang
    f) Pelan-pelan libatkan ia dalam kegiatan yang memungkinkan terjadinya pertemanan untuk saling berinteraksi atau berbagi keterampilan sosial. Kegiatan tersebut tetap harus sesuai minatnya. Terlibat dalam kegiatan membuat anak merasa dirinya berharga dan tumbuhlah rasa percaya dirinya
    g) Orangtua juga perlu membekali diri dengan pengetahuan menghadapi anak yang trauma agar tidak ikut terbawa. Selain itu, bekal ini dapat membantu anak mengurangi traumanya
    2) Penangan sesuai dengan pengalaman traumatisnya
    a. Trauma Keluarga
    Pertengkaran kedua orang tua yang disaksikan oleh anak ataupun peristiwa perceraian yang dialami orang tua, sehingga anak ditinggal oleh salah satu orang yang dicintainya, akan membekas secara mendalam pada ingatan anak. Dampaknya, mungkin anak jadi pendiam, tak banyak minatnya akan sesuatu, jadi gampang marah, ada rasa takut jika melihat pertengkaran orangtuanya kembali terulang, dan sebagainya.
    Selanjutnya akan berdampak pada masalah sosialisasi anak. Di usia yang lebih besar lagi anak akan mengalami hambatan dalam hubungan pertemanan dengan lawan jenisnya. Mungkin anak akan menolak pertemanan yang lebih dari seorang sahabat, sulit mencintai orang lain. Ada kekhawatiran akan pernikahan dan mengalami hal yang sama seperti yang dialami kedua orang tuanya sehingga anak tak mau menikah apalagi punya anak. Adapun cara menangani trauma tersebut adalah sebagai berikut :
    a) Orangtua harus menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada anak atas kesalahan yang dilakukan selama ini.
    b) Tidak lagi melakukan pertengkaran di depan anak.
    c) Memberikan penjelasan kepada anak mengapa ayah dan ibu harus berpisah.
    d) Tetap menjaga hubungan baik dengan pasangan. Rencanakan kembali bersama pasangan apa yang akan dilakukan pada anak.
    e) Lakukan aktivitas kebersamaan dengan anak seperti main bola bersama, outbound, berkemah, dan sebagainya.
    f) Saat anak merasa relaks dengan kedua orang tuanya, bangunlah komunikasi dengan baik. Lakukan terus-menerus.
    b. Trauma Kekerasan
    Secara fisik akan lebih terlihat lewat tanda-tanda pada tubuh anak. Selain itu, tampak ekspresi ketakutan yang ditampilkan oleh anak. Begitu pun kekerasan secara seksual. Namun adakalanya, kekerasan seksual yang dilakukan pada anak tersamar dan tak diketahui, karena mungkin pelakunya melakukan secara “halus” semisal dengan iming-iming sesuatu sehingga anak bersedia melakukannya tanpa paksaan. Anak sudah tahu sebab-akibat. Kalau diberi sesuatu maka dia pun harus memberikan yang diminta, misalnya. Bagi anak, perlakuan tersebut dipahaminya sebagai perilaku orang dewasa di sekitarnya.
    Dampak trauma dari kekerasan fisik, nantinya anak akan hidup dengan penuh ketakutan atau malah mencontoh perilaku tersebut dan melakukannya pada orang lain. Pada kekerasan seksual, anak merasa dirinya sudah tidak utuh lagi, merasa diri tak berdaya dan tak berharga. Dia akan menghargai dirinya dari benda atau hal yang bersifat materi lainnya atau dirinya merasa berharga kalau ia membiarkan dirinya teraniaya oleh orang lain. Anak mungkin akan membenci jenis kelamin yang berbeda dan bisa mencintai sesama jenis, memilih hidup sendiri, dan sebagainya. Untuk meminimalisasi dampak tersebut, maka harus diatasi sejak dini. Adapun cara menangani trauma tersebut adalah sebagai berikut:
    a) Perhatikan gejala yang mungkin muncul pada anak
    b) Ajak anak bermain atau menggambar dan orangtua terlibat di dalamnya.
    Biasanya dalam kegiatan menggambar, anak yang mengalami kekerasan fisik akan menggambar orang dengan organ yang tak utuh semisal kaki atau tangannya buntung. Pada anak yang mengalami kekerasan seksual, gambaran pada bagian organ seksualnya dicoret-coret hitam atau digambarkan secara tak lazim semisal ukuran besar dan sebagainya. Ketika bermain boneka, anak yang mengalami kekerasan fisik akan memukul-mukul dan melakukan kekerasan pada boneka. Pada anak yang mengalami kekerasan seksual, akan menekan-nekan bagian organ kelamin bonekanya. Hal itu akan diulanginya tiap kali bermain.
    c) Setelah anak merasa relaks, galilah ceritanya
    Misalnya, tanyakan pada anak mengenai gambarnya, “Kenapa gambar kaki orang di situ buntung?” atau “Kenapa bagian alat kelaminnya dicoret-coret seperti itu?” Bisa saja lalu anak mengatakan, “Soalnya aku ini bapaknya dan marah sama anaknya.” Minta pula anak bercerita agar ia merasa tak tertekan, terpojok, dan sebagainya.
    d) Konfirmasikan akan apa yang dialami anak untuk memastikan kesaksian, apakah pernyataannya bisa dibenarkan atau tidak
    e) Jika anak tak mau bercerita, jangan memaksanya.
    f) Paling tidak, bila anak menolak, orang tua tetap memperoleh data bahwa si anak memang berat menceritakan hal tersebut.
    g) Anak perlu mendapat penanganan khusus dengan dibawa ke konselor atau psikolog atau psikiater untuk diproses lebih dalam lagi.
    c. Trauma Bencana Alam
    Trauma akibat bencana sangat terekam dalam ingatan anak, seperti yang dialami kala Gempa bumi. Bila mereka diminta menggambar akan tampak dari hasil karyanya berkaitan dengan runtuhan gedung, misalnya. Dampak trauma dari bencana antara lain, anak menghindari pembicaraan yang mengarah pada peristiwa bencana, mungkin anak jadi takut keluar rumah sehingga terhambat aktivitasnya maupun sosialisasinya. Cara menangani trauma bencana alam adalah sebagai berikut :
    a) Gali perasaan yang dialami anak lewat menggambar maupun bermain. Umpama, main kartu bergambar yang ada cerita tentang bencana yang dialami anak. Minta anak mengurutkan kartu berdasarkan cerita tersebut.
    b) Undanglah teman-teman anak untuk melakukan support group sehingga anak bisa berbagi dengan teman-temannya dan tak merasa sendirian.

    d. Trauma Kematian
    Kematian merupakan suatu konsep yang abstrak bagi anak, karena tahap perkembangannya masih praoperasional sehingga sulit mencerna peristiwa tersebut. Dampak dari trauma kematian pada setiap anak berbeda tergantung daya stres pada setiap anak. Jika kejadiannya begitu tragis dan disaksikan oleh anak, tentu akan sangat traumatik dibandingkan bila kejadian tersebut tidak menakutkannya. Dampak dari trauma kematian, bisa jadi anak akan menghindar dari pembicaraan yang mengarah pada kejadian kematian tersebut, anak jadi lebih pendiam, dan sebagainya. Perlu waktu bagi anak mengatasi trauma tersebut. Cara menanganinya adalah sebagai berikut :
    a) Orangtua tidak menutupi atau berbohong mengenai kejadian yang sebenarnya. Jangan sampai karena ingin menghibur anak lantas mengatakan, “Mama sedang pergi dan nanti akan kembali.” Penjelasan seperti itu menyiksa batinnya karena anak akan menunggu sia-sia.
    b) Orangtua hendaknya memberikan contoh dengan tidak memperlihatkan kesedihan mendalam di hadapan anak. Tujuannya agar anak pun dapat bersikap positif.
    c) Berikan contoh konkret lewat cerita-cerita fabel, semisal, “Setiap makhluk yang diciptakan Tuhan itu ada batas waktu hidupnya. Seperti induk kelinci ini, lo. Ada yang usianya cuma sampai 5 tahun atau 10 tahun. Setelah itu Tuhan akan memanggilnya pulang. Begitu juga dengan Ayah. Meski Ayah tidak ada lagi bersama kita namun ia tetap ada di ingatan kita.”

    BAB III
    HASIL PENELITIAN

    Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian yang penulis teliti yaitu, ”Usaha Guru Pembimbing dalam Memulihkan Trauma Siswa Pasca Gempa di SMP Negeri 2 Padang”. Hasil penelitian ini penulis dapatkan dari hasil observasi serta wawancara yang penulis lakukan dengan guru pembimbing dan siswa yang mengalami trauma pasca gempa. Pembahasan ini terdiri dari:
    a. Layanan yang diberikan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa
    1. Perencanaan layanan oleh guru pembimbing
    2. Pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing
    3. Evaluasi pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing
    4. Analisis hasil pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing
    5. Tindak lanjut dari pelaksanaan yang diberikan guru pembimbing
    b. Faktor pendukung dalam memulihkan trauma siswa
    c. Kendala yang dihadapi guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa
    d. Hasil yang diperoleh dari layanan yang diberikan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa
    Agar lebih jelasnya permasalahan ini, akan penulis uraikan satu persatu sebagai berikut:
    A. Layanan yang diberikan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa
    SMP Negeri 2 Padang yang terletak tidak begitu jarak dari pinggir pantai dan berhadap-hadapan dengan hotel Ambacang sebagai salah satu bangunan yang tragis pada gempa 30 September 2009 tentunya menyisakan kisah yang membuat banyak orang mengalami stres traumatis. Apalagi bagi siswa SMP Negeri 2 Padang yang datang dan melihat bangunan itu tiap hari semenjak siswa tersebut menjadi pelajar di SMP Negeri 2 Padang. Sebagai sebuah sekolah tentunya ada usaha yang dilakukan oleh guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa demi pencapaikan kehidupan efektif sehari-hari dan efektifitas pelaksanaan pelajaran bagi siswa itu sendiri. Maka guru pembimbing harus mempunyai tahap-tahap dalam memulihkan trauma siswa tersebut. Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut :
    a. Perencanaan layanan
    b. Pelaksanaan layanan
    c. Evaluasi pelakasaan
    d. Analisis hasil
    e. Tindak lanjut
    Untuk lebih terperincinya, maka penulis memaparkan satu persatu dari tahapan tersebut sesuai dengan hasil penelitian penulis.
    1. Perencanaan Layanan oleh Guru Pembimbing
    Dalam rangka melaksanakan tugas, guru pembimbing SMP Negeri 2 Padang terlebih dahulu tentu membuat dan merumuskan rencana layanan bimbingan konseling untuk memulihkan trauma yang dialami siswa pasca gempa 30 September 2009. Dari perencaan yang telah disepakati guru pembimbing secara garis besar layanan yang akan diberikan dalam memulihkan trauma siswa di SMP Negeri 2 Padang terfokus kedalam 3 jenis layanan serta dengan pendekatan teknik meditasi dan teknik relaksasi yaitu :
    a. Layanan Informasi
    Layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Layanan informasi juga bermakna sebagai suatu usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya. Artinya dalam perkembangan kehidupan, siswa memerlukan berbagai informasi baik untuk keperluan kehidupannya sehari-hari, sekarang atau masa depan. Layanan informasi ini memungkinkan individu mampu memahami dan menerima diri dan lingkungan secara objektif, positif dan dinamis.
    b. Layanan Konseling Individual
    Tujuan layanan konseling perorangan/individual ini adalah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dihadapi, kekurangan dan kelemahan dirinya hingga klien mampu mengatasinya.
    c. Layanan Konseling Kelompok
    Tujuan model konseling kelompok bagi siswa dengan pengalaman traumatis ini adalah menurunkan gejala kecemasan pasca trauma (PTSD) dengan menjalani berbagai jenis permainan kelompok baik in-bond mupun out-bond. Secara khusus tujuan yang dapat dicapai model konseling kelompok bagi anak dengan pengalaman traumatis ini adalah membantu anak dengan pengalaman traumatik untuk: (1) menghilangkan bayangan traumatis; (2) meningkatkan kemampuan berpikir secara lebih rasional; (3) membangkitkan minat terhadap realita kehidupan; (4) memulihkan rasa percaya diri; (6) memulihkan kedekatan dan keterkaitan dengan orang lain yang dapat memberi dukungan dan perhatian; (6) kepedulian emosional serta mengembalikan makna dan tujuan hidup.
    d. Teknik Meditasi
    Meditasi terdiri dari beberapa cara menyempitkan kesadaran untuk mengurangi ASD/PTSD. Teknik ini menekankan pada penyempitan perhatian seseorang dengan memfokuskan pada suatu stimulus yang berulang-ulang. melalui pengamatan pasif hubungan lingkungan dengan individu ditransformasikan.
    e. Teknik Relaksasi
    Metode ini mengajarkan bagaimana siswa atau klien yang mengalami ASD atau PTSD mengendorkan ketegangan-ketegangannya sehingga siswa tersebut mampu untuk rilek atau santai dalam menjalankan kehidupannya.
    Hal diatas dijelaskan oleh Ratna Wardini mengatakan bahwa untuk lebih fokusnya pemulihan trauma yang dialami siswa pasca gempa maka tiga layanan (layanan informasi, konseling inividual dan konseling kelompok) sangat sesuai dan sangat membantu siswa dalam menghilangkan pengalaman traumanya. Kegiatan layanan tersebut terangkum dalam rencana kerja guru pembimbing yang telah disepakati oleh seluruh personal BK serta kepala sekolah. Adapun uraian dari perencanaan tersebut adalah sebagai berkut:
    Tabel 3.1

    Rencana Program Bimbingan Konseling dalam Pemulihan Trauma Siswa
    SMP Negeri 2 Padang
    Sekolah : SMP Negeri 2 Padang TP : 2009/2010
    Konselor : Objek : Siswa yang mengalami
    trauma
    NO Kegiatan MATERI BIDANG PENGEMBANGAN
    Pribadi Sosial Belajar Karir Keluarga Agama
    1 2 3 4 5 6 7 8
    1 Layanan Informasi Memah ami potensi diri dan daya diri dalam menghadapi cobaan Memahami perubahan dan segala sesuatu yang terjadi Macam-macam cara belajar yang efektif serta penyesuain cara belajar dengan kondisi yang terjadi Cara bersikap untuk mengarahkan diri demi terciptanya kehidupan efektif sehari-hari - Memahami dan meyakini agama yang di emban
    2 Layanan Konseling Perorangan Disesuaikan dengan masalah siswa Disesuaikan dengan masalah siswa Disesuaikan dengan masalah siswa Disesuaikan dengan masalah siswa Disesuaikan dengan masalah siswa Disesuaikan dengan masalah siswa
    3 Layanan Konseling Kelompok Disesuaikan dengan masalah masing-masing anggota kelompok Memicu masing-masing anggota kelompok mempunyai cara-cara yang berbeda dalam menangani masalah yang sedang dihadapi temannya - - - -
    4 Teknik Meditasi Memahami kejadian supaya tegar dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. - - - - -
    5 Teknik Relaksasi Mengahadapi kehidupan dalam gejala PTSD dengan senbang dan bahagia - - - - -
    Sumber : Guru Pembimbing SMP Negeri 2 Padang
    Tabel 3.2

    Target Program Bimbingan Konseling dalam Pemulihan Trauma Siswa
    SMP Negeri 2 Padang
    No Kel Penanggung
    Jawab Alokasi
    Waktu Okt November Desember Januari Februari Maret
    3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
    1 I Hj.Emmi Buswar, S.Pd 1x 45 √ √ √ √ √ √
    2 II Gusfiwendri,S.Pd 1x 45 √ √ √ √ √ √
    3 III Dra. Sayang Hati 1x 45 √ √ √ √ √ √
    4 IV Ratna wardini, S.Pd 1x 45 √ √ √ √ √ √
    5 V Yuliani,A.Md 1x 45 √ √ √ √ √ √
    Sumber : Guru Pembimbing SMP Negeri 2 Padang

    Beberapa hal yang menjadi perhatian bagi guru pembimbing dalam proses perencanaan program tersebut, menurut Ratna Wardini sesuai dengan hasil wawancara penulis menegaskan bahwa:
    ” Dalam membuat program, kami yang bertanggung jawab sebagai guru pembimbing tentu harus menyesuaikan dengan permasalahan yang sedang dihadapi siswa dan sumbernya pun tidak jauh dari kondisi lingkungan dan sekolah, kemudian menetapkan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, menetapkan sasaran berarti sudah jelas siswa yang mengalami trauma pasca gempa, menetapkan bahan, sumber bahan, atau nara sumber serta personil lain jika dibutuhkan, menetapkan metode, teknik dan media, menetapkan rencana penilaian dan menetapkan waktu dan tempat ”.

    Dari hasil wawancara penulis dengan guru pembimbing di atas dapat dipahami bahwa guru pembimbing SMP Negeri 2 Padang telah merencanakan program pemulihan trauma siswa dengan manajemen yang bagus yang telah sesuai dengan proses manajemen bimbingan konseling di sekolah.
    2. Pelaksanaan Layanan oleh Guru Pembimbing
    Untuk melanjutkan langkah perencanaan yang sudah disepakati oleh guru pembimbing maka perencanaan itu harus diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan program. Karena perencanaan tanpa pelaksanaan tidak mempunyai arti apa-apa. Untuk pelaksanaan ini koordinator guru pembimbing SMP Negeri 2 Padang, Gusfi Wendri menegaskan bahwa Pelaksanaan program yang telah rencanakan itu terlebih dahulu dipersiapkan hal-hal yang diperlukan, misalnya materi, personil yang akan memberikan materi dan persiapan administrasinya.
    Persiapan tersebut dilanjutkan dengan pelaksanaan langsung. Dalam pelaksanaan langsung ini, guru pembimbing pada awalnya masuk kesetiap kelas dengan jadwal tetap bimbingan konseling, di tambah dengan jadwal kosong guru mata pelajaran dengan materi yang telah ditetapkan. Kemudian guru pembimbing mengidentifikasi siswa yang mengalami trauma pasca gempa. Setelah guru pembimbing mengidentifikasi siswa yamng mengalami trauma, maka pelayanan di berikan dengan inten kepada siswa yang mengalami trauma pasca gempa tersebut. Jumlah siswa yang mengalami trauma sebanyak 80 orang siswa yang di bagi kedalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdapat 16 orang siswa. Satu orang guru pembimbing bertanggung jawab kepada satu kelompok. Masing-masing anggota setiap kelompok ini di monitoring dan diikuti perkembangannya oleh guru pembimbing.
    Dalam pelaksanaan layanan konseling individual, sejak mulai sekolah pasca gempa sudah mulai dilakukan oleh guru pembimbing dengan siswa yang datang secara suka rela dengan tempat dan waktu yang sifatnya insidentil. Namun jadwalnya di perpadat dan di buka pendaftaran bagi siswa yang ingin melakukan konseling dengan guru pembimbing. Kemudian ada pemanggilan oleh guru pembimbing bagi siswa yang segan secara langsung datang ke ruang konseling. Bagi siswa yang mengalami trauma memang dijadwalkan masing-masing siswa mendapat kesempatan satu kali dalam sebulan. Ada juga yang dapat lebih karena beberapa faktor, yaitu minat siswa itu sendiri yang ingin mengentaskan gangguan dari pengalaman traumatisnya, atau karena permasalahannya yang masih rumit dalam persolalan trauma maka jadwal konseling individualnya ditambah oleh guru pembimbing. Rata-rata siswa yang mengalami trauma yang sudah mendapatkan pelayanan konseling individual, selalu dievaluasi perkembanganya serta ditindaklanjuti.
    Sayang Hati adalah salah seorang guru BK SMP Negeri 2 Padang menuturkan dalam wawancara yang penulis lakukan, bahwa satu kali proses konseling individual belum terlihat hasil yang di peroleh siswa yang mengalami trauma gempa, dan itu harus dilakukan berulang sesuai dengan kontrak dalam proses konseling tersebut dengan siswa yang berperan sebagai klien.
    Hal ini ditambahkan oleh Emmi Buswar sebagai salah satu guru bk di SMP Negeri 2 Padang, bahwa evaluasi harus dilakukan setiap selesai kegiatan, kemudian di monitoring atau dilihat perkembangan hasil yang di capai kemudian baru ditindak lanjuti. Tindak lanjut juga dilaksanakan ketika siswa itu belum mempunyai perkembangan setelah dilaksanakan beberapa layanan konseling untuk memulihkan trauma yang dialaminya dan bagi siswa yang telah mengalami perkembangan dari hasil layanan juga dilaksanakan tinjak lanjut.
    Layanan Konseling kelompok juga dibuatkan jadwal tersendiri khusus bagi siswa yang mengalami taruma pasca gempa. Layanan ini di berikan pada setiap kelompok. Dalam satu kelompok di bagi lagi menjadi 4 group. 1 group terdiri dari 10 orang siswa sebagai kelompok pelaksanaan layanan konseling kelompok. Berarti dalam setiap kelompok ada group konseling kelompok sebanyak 4 grup yang akan memperoleh konseling kelompok dari guru pembimbing. Jika dijumlahkan semua grup konseling kelompok dari siswa yang mengalami trauma pasca gempa maka jumlahnya adalah 20 group konseling kelompok. Masing –masing group mendapat layanan konseling kelompok minimal 1 kali dalam seminggu dengan tempat dan waktu disesuiakan antara siswa dengan guru pembimbing tersebut.
    Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dilaksanakan secara rutin sesuai dengan perkembangan siswa. Dan selalu di evaluasi dan di tindaklanjuti oleh guru pembimbing yang bertanggung jawab. Pelaksanaan bimbingan kelompok ini guru pembimbing pernah di bantu oleh tim konseling trauma dari UPI Bandung yaitu dengan nara sumber atau konselor Dr. Nandang Rusmana, M. Pd. Dari hasil wawancara penulis dengan koordinator BK SMP Negeri 2 Padang menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, guru pembimbing banyak mendapat bantuan dari tim konseling traumatis UPI Bandung yang membuat siswa lebih tertarik dalam pelaksanaannya.
    Guru pembimbing juga melaksanakan meditasi yang diberikan kepada siswa yang masih mengalami PTSD. Meditasi ini sifatnya memberikan penyempitan terhadap pengalaman traumatis siswa dengan memfokuskan kepada stimulan-stimulan yang diberikan. Kegiatan ini dilakukan perkelompok di tempat terbuka dan aman. Guru pembimbing melaksanakan meditasi ini di taman melati yang berada sekitar 200 meter dari sekolah. Jadwal pelaksanaannya disesuaikan dengan kesepakatan pada masing-masing kelompok.
    Pelaksanaan relaksasi diberikan kepada siswa yang mengalami PTSD dalam bentuk in bond dan out bond. Relaksasi dalam bentuk layanan konseling perorangan dan konseling kelompok juga bisa dilaksanakan karena meditasi ataupun relaksasi merupakan teknik pelaksanaan konseling.
    Dari hal di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling yang diberikan guru pembimbing kepada siswa yang mengalami trauma pasca gempa sampai kepada tahap evaluasi, analisis hasil dan tindak lanjut. Merupakan tahap-tahapan dalam pelaksanaan program yang baik untuk melakukan kegiatan bimbingan konseling di sekolah.

    3. Evaluasi Pelaksanaan oleh Guru Pembimbing
    Di SMP Negeri 2 Padang, setelah memberikan layanan maka evaluasi terus dilakukan agar kesinambungan dan hasil tetap dapat tercapai sebagaimana yang di harapkan. Evaluasi dalam pelaksanan pelayanan ini lebih bersifat proses, tidak dalam persoalan benar atau salah. Menurut Yuliani, A.Md. proses evaluasi layanan ini jauh berbeda dengan evaluasi yang dilakukan guru mata pelajaran yang berupa angka-angka. Maka Evaluasi ini dilakukan dengan cara mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan layanan, mengungkapakan pemahaman siswa atas masalah yang dihadapi, mengungkap kegunaan layanan bagi siswa dan perolehan siswa sebagai hasil dari aktivitas atau partisipasi siswa, mengungkap minat siswa tentang perlunya layanan lebih lanjut, dan mengamati perkembangan siswa serta mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaranan layanan. Gusfiwendri menguatkan bahwa evaluasi mempunyai 2 tahapan, yaitu :
    a. Evaluasi pelaksanaan layanan bagi siswa yang memperoleh layanan, dilakukan dengan dua cara juga, yang pertama evaluasi singkat dan segera setelah layanan. Kemudian evaluasi untuk tindak lanjut sesuai dengan perubahan siswa setelah pemberian layanan. Tepatnya penilaian segera (laiseg), penilaian jangka pendek(laijapen) dan penilaian jangka panjang (laijapang).
    b. Evaluasi bagi pelaksana layanan (guru pembimbing) dengan tujuan melihat sejauh mana keberhasilan guru pembimbing dalam memberikan layanan serta melihat kekurangnan-kekurangan guru pembimbing dalam melaksanakan layanan kepada siswa. Manakala ada kelebihan guru pembimbing dalam pelaksanaan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami trauma maka diberikan reward dan semangat agar lebih baik lagi, manakala ada kekurangan guru pembimbing dalam memberikan layanan kepada siswa yang mengalami trauma maka diberikan saran dan masukan supaya kekurangan tersebut bisa diminimalisir dalam pelaksanaan layanan berikutnya.
    4. Analisis Hasil Pelaksanaan oleh Guru Pembimbing
    Analisi hasil pelaksanaan ini tujuannya adalah untuk mengetahui perolehan baik bagi guru pembimbing sendiri terlebih lagi bagi siswa dari setiap kegiatan yang dilakukan, kemudian dilakukan kembali diagnosis terhadap kenyataan yang ada setelah dilakukan layanan. Guru pembimbing melihat kembali serta menganalisis sejauh mana siswa memperoleh manfaat dari layanan yang diberikan. Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan salah seorang siswa yaitu Oki al Vayet, mengatakan bahwa dia layanan yang diberikan guru pembimbing kepadanya cukup dirasakan manfaatnya, materinya cukup menambah pengetahuan serta permainan yang sangat mengasyikkan, sehingga dia merasa lebih santai dalam menjalankan proses belajar maupun proses bermain di sekolah setiap harinya.
    Analisis hasil yang dilakukan oleh guru pembimbing ditinjau dari laiseg, laijapen dan laijapan setelah pelaksanaan layanan. Laiseg adalah penilaian segera yang dilakukan langsung setelah layanan diberikan. Laijapen adalah penilaian jangka pendek yang dinilai beberapa hari dari pelaksanaan, waktunya sekitar seminggu setelah pelaksanaan layanan. Laijapan adalah penilaian jangka panjang, yang di lakukan lebih kurang sebulan setelah layanan.
    5. Tindak lanjut oleh guru pembimbing
    Upaya tindak lanjut program bimbingan dan konseling didasarkan pada hasil analisis program. Setiap guru pembimbing memberikan layanan konseling kepada siswa yang mengalami trauma selalu diadakan tindak lanjut. Hal ini di ungkapkan oleh Ratna Wardini bahwa setiap selesai layanan guru pembimbing mengadakan tindak lanjut dari layanan itu secara segera dan singkat seperti memberikan penguatan (reinforcement) kemudian siswa diminta melakukan sesuatu yang berguna bagi diri siswa itu sendiri. Kemudian mengikutsertakan siswa tersebut dalam kegiatan lain. Tindak lanjut pelaksana kegiatan untuk guru pembimbing sendiri adalah membentuk program satuan layanan atau pendukung yang baru.


    B. Faktor Pendukung dalam Memulihkan Trauma siswa
    Faktor pendukung merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam pencapaian proses yang maksimal dalam kegiatan bimbingan konseling di sekolah. Dalam memulihkan trauma siswa di SMP Negeri 2 Padang faktor pendukung cukup mempengaruhi siswa dalam melepaskan ingatan pengalaman traumatisnya. Karena tidak cukup kiranya kalau diembankan kepada 3 (tiga) layanan bimbingan konseling yang ada saja dengan kondisi trauma gempa yang terjadi secara tiba-tiba.
    Dari kejadian gempa 30 September 2009, sudah beberapa kali tim konseling trauma yang mendatangi SMP Negeri 2 Padang. Kedatangan tim konseling trauma dari UPI Bandung memberikan pelayanan untuk dua objek. Objek yang pertama adalah untuk siswa yang mengalami trauma, objek kedua adalah untuk pembekalan guru-guru supaya guru-guru juga mempunyai bekal dan cara untuk mengatasi stres trauma yang dialami baik guru itu sendiri maupun siswanya.
    Berarti bentuk-bentuk dari faktor pendukung yang ada di SMP Negeri 2 Padang adalah sebagai berikut :
    c. Tim Konseling Trauma dari UPI Bandung
    d. Tim Konseling Trauma dari UNP
    e. DIKLAT konseling trauma siswa bagi Guru Pembimbing
    Adapun jadwal faktor pendukung dari layanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut:

    Tabel : 3.3
    Jadwal Faktor Pendukung

    No Faktor Pendukung Januari Februari Maret
    1 Tim Konseling trauma (Diklat Konseling traumatis)dari UPI bandung 1 X 1 X -
    2 Tim Konseling trauma dari UNP 1 X 1 X 1 X
    3 Pelatihan Guru Pembimbing 1 X 1 X 1 X
    Keterangan : 1x artinya pelaksanaan kegiatan 1 hari (pagi sampai sore) dalam 1 bulan

    Dari hasil observasi penulis di SMP Negeri 2 Padang, tim konseling trauma UPI Bandung memberikan layanan informasi kepada siswa secara klassikal dengan materi khusus trauma siswa pasca gempa. Kelihatan materi-materi baru yang diperoleh siswa menurut pengamatan penulis siswa cukup antusias dalam mengikuti layanan informasi yang diberikan pada masing-masing kelas. Kemudian Tim konseling trauma UPI Bandung juga memberikan layanan konseling kelompok bagi siswa yang mengalami trauma pasca gempa, namun tidak bisa diikuti oleh seluruh siswa yang mengalami trauma pasca gempa karena waktu yang tidak mencukupi.
    Untuk lebih tercapainya hasil yang diinginkan maka Tim konseling trauma juga memberikan diklat bagi guru-guru SMP Negeri 2 Padang. Diklat ini khusus bagi guru-guru pembimbing namun boleh diikuti oleh guru lain dan karyawan sekolah karena dalam pencapaian hasil dan proses yang maksimal perlu adanya kerja sama dengan seluruh pihak yang ada di sekolah tersebut. Kesempatan itu juga dimanfaatkan sebagai sosialisasi BK dengan elemen sekolah secara tidak langsung, agar seluruh personel sekolah mengetaui keberfungsian BK disekolah tersebut apalagi kondisi setelah siswa dan guru mengalami traumatis. Tujuan dari diklat itu adalah untuk memberikan bekal dan materi-materi yang baru kepada guru pembimbing dalam memulihkan trauma yang dialami siswa pasca gempa. Harapan dari tim konseling trauma UPI Bandung itu agar prosesnya terus dilakukan kepada siswa secara kontiniu dan fleksibel supaya hasil yang diperoleh semakin memuaskan siswa dan guru pembimbing.
    TIM konseling trauma UNP Juga turut berpartisipasi dalam memulihkan trauma siswa di SMP Negeri 2 Padang minimal 1 kali sebulan pasca kejadian. Tim Konseling trauma UNP ini lebih memfokuskan kepada materi layanan informasi yang baru supaya terentaskannya masalah trauma yang dihadapi siswa.
    Dari observasi yang penulis lakukan, kegiatan layanan informasi yang diberikan tim konseling trauma UNP ini sangat disenangi oleh siswa. Apalagi percakapan pemateri selain dari materi-materi informasi yang bermanfaat juga. humoris. Seakan siswa tidak mau berhenti berpartisipasi mendengarkannya padahal waktu habis tanpa terasa. Ini bisa dikatakan sebagai pendekatan teknik relaksasi bagi siswa PTSD.
    Pelatihan konseling traumatis selain diberikan oleh tim konseling traumatis UPI bandung dan UNP guru pembimbing juga mengikuti di luar sekolah guna meningkatkan wawasan guru pembimbing dalam membantu siswa untuk memulihkan trauma siswanya. Ini diikuti oleh Gusfi wendri sebanyak 3 kali di luar sekolah. Sesuai dengan wawancara penulis dengan Gusfi Wendri, mengatakan bahwa:
    ”diklat diluar sekolah memberikan manfaat kepada kami guru pembimbing dalam mengembangkan dan mempraktekkannya disekolah, kegiatannya ada layanan informasi, permainan (games) yang mencairkan susana kekakuan siswa, ada meditasi dan bahkan disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianut oleh oleh setiap orang”.

    Hal ini di kuatkan oleh Emmi Buswar mengatakan bahwa:
    ”Kami berusaha aktif dalam memberikan layanan kepada siswa dan aktif dalam mengikuti diklat-diklat konseling trauma di luar, paling tidak ada utusan dari BK SMP Negeri 2 walaupun satu orang, dan kami saling berbagi dan mengevaluasi kegiatan diluar itu di ruangan BK sebagai tambahan wawasan untuk menghadapi siswa yang banyak mengalami stres dan trauma”.

    Dari uraian diatas dapat difahami bahwa SMPN 2 Padang selalu aktif dan bertanggung jawab kepada siswa dalam rangka memulihkan trauma yang dialami siswa pasca gempa. Hal ini dikuatkan oleh observasi penulis di sekolah, bahwa tidak ada rasanya suasana yang menakutkan lagi bagi siswa, dan tidak mengurangi kebermaknaan siswa dalam mengikuti proses belajar di sekolah serta hubungannya dengan teman-teman serta guru-guru.

    C. Kendala-kendala yang di hadapi Guru Pembimbuing dalam memulihkan trauma siswa
    Dalam melaksanakan usaha tentu saja ada hal-hal yang menjadi penghambat dalam melaksanakan suatu usaha tersebut. Dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa ada beberapa kendala yang dihadapi oleh guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa diantaranya sebagian siswa ada yang tidak mau melakukan konseling individual dengan guru pembimbing. Menurut guru pembimbing, dalam hal ini Ratna Wardini mengatakan bahwa:
    “Siswa dari awal pasca kejadian gempa banyak yang tidak mau melakukan konseling individual, kebanyakan diantaranya adalah siswa yang laki-laki. Namun setelah diperhatikan 2 minggu awal sekolah pasca gempa kadang dalam seminggu hanya dua kali datang kesekolah, setelah ditemui dan diberikan layanan secara klasikal tidak juga mau melakukan konseling individual”.

    Hal ini juga dipertegas oleh Koordinator Bk:
    “Memang banyak siswa laki-laki yang bersifat begitu, padahal mereka sering terkejut dan berlarian keluar ruang kelas ketika mendengar bunyi ekskapator yang sedang bekerja di depan sekolah. Mungkin juga karena ruangan konseling terlalu berdekatan dengan ruang tamu BK sendiri yang tidak pernah kosong, jadi siswa kadang segan masuk ruang bk karena orang atau tamu dalam ruang bk terlalu banyak”.

    Dari hasil wawancara di atas dan hasil observasi yang penulis selama melakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa ruangan BK yang ada di SMP Negeri 2 Padang terlalu dekat dengan kursi tamu. Padahal memang ruang khususnya ada dua buah tapi jarang digunakan. Selain hambatan yang penulis kemukakan di atas, hambatan lain juga ditemukan oleh guru pembimbing yaitu kurangnya waktu pelaksanaan, apalagi bagi kelas IX yang mesti terfokus untuk menghadapi ujian, dan pelajaran harus sampai target. Kurang tersedianya ruangan untuk berkegiatan, baik konseling kelompok maupun kegiatan pendukung lainnya. Apalagi ada gedung yang runtuh dah bangunan sementara juga harus diisi oleh lokal yang terkena gempa. Untuk mencari ruangan atau tempat kadang harus menunggu jadwal kosong dulu, atau menunggu orang pulang dulu, sebab jadwal BK masuk kelas tidak ada tambahan jadwal. Kemudian persoalan lain adalah kesibukkan guru BK sebagai pengurus administrasi sekolah, yang tentunya mengurangi waktu untuk menghadapi siswa. Di tambah lagi proses pindahnya koordinator BK ke daerah di akhir tahun pelajaran ini, otomatis bapak yang bersangkutan sering datang ke daerah dan meninggalkan SMP Negeri 2 Padang. Padahal secara tanggung jawab dan tugas masih tetap di SMP Negeri 2 Padang sampai habis 1 tahun pelaran ini.
    Disamping itu sebagian orang tua masih ada yang tidak peduli dengan trauma yang dialami anaknya padahal peran orang tua merupakan salah satu faktor untuk mencapai keberhasilan BK, keadaan ini sesuai dengan ungkapan Ratna Wardini sebagai berikut :
    “Salah satu faktor penghambat layanan yang diberikan oleh guru pembimbing adalah ketidakpedulian atau kurangnya perhatian dari sebagian orang tua siswa seperti tidak adanya usaha dalam membantu anak memulihkan trauma bahkan sebagian orang tua ada yang menyalahkan sekolah jika anaknya mengalami trauma”.

    Demikianlah beberapa kendala atau faktor penghambat yang dialami oleh guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang. Mengenai instrument atau alat pengukuran tingkat trauma siswa pasca trauma di SMP Negeri 2 Padang tersebut memang tidak ada.
    Dari fakta yang telah dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan bimbingan konseling memang dipertangjawabkan oleh guru pembimbing namun tidak bisa terlepas dari kerja sama dengan orang tua siswa dirumah untuk mencapai usaha dan hasil semaksimal mungkin.
    Kendala-kendala tersebut diusahakan mengatasinya oleh guru pembimbing. Hal ini juga disampaikan oleh Emmi Buswar dalam wawancara penulis dengannya mengatakan bahwa:
    “Setiap ada usaha tentu ada hambatan, yang penting kita di bk SMP Negeri 2 Padang tidak terlalu memikirkan itu, dan selalu berusaha bagaimana kegiatan efektif, efisien dan siswa yang mengalami trauma terbantu. Dan kita di bk tentu tidak menangani masalah itu sendiri saja, kita bekerja sama dengan personil sekolah, diantaranya, dengan waka kesiswaan, waka kurikulum, guru-guru kelas, dan bahkan sampai kepada siswa melalui OSIS”.

    Jelaslah bahwa usaha yang dilakukan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa mempunyai kendala-kendala dan guru pembimbing berusaha mengatasi setiap kendala yang ada.
    D. Hasil yang diperoleh dari layanan yang di berikan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa
    Trauma merupakan luka berat, keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera yang disebabkan dari luar diri individu tersebut. Penyebab trauma ini terjadi secara tiba-tiba tanpa disadari oleh individu terlebih dahulu. Semisal gempa yang berkekuatan besar yang telah memporak-porandakan penduduk yang menyebabkan penduduk kehilangan harta benda, kehilangan anak cucu atau anggota keluarga serta kehilangan bahagian anggota tubuh korban atau orang-orang yang menyaksikan sebagian korban meninggal dengan tragis. Pengalaman traumatis seperti itu membuat korban yang selamat rentan mengalami trauma yang akut sehingga menghambat keefektifan hidup sehari-hari. Dan bahkan dapat membuat korban dalam ingatannya bahwa dirinya tidak berarti lagi untuk hidup. Hal-hal seperti itu mesti diusahakan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk memberikan semangat hidup, motivasi serta dorongan kearah yang lebih baik yang bisa memulihkan atau mengatasi pengalaman traumatis dari berbagai kejadian.
    Bagi guru pembimbing tentu bertanggungjawab terhadap siswanya yang besar kemungkinan juga mengalami stress dan trauma akut yang menghambat pertumbuhan, perkembangan dan gairah siswa dalam menjalankan haknya sebagai seorang pelajar. Yang harus dilakukan adalah usaha untuk memulihkan trauma siswa pasca kejadian atau gempa. Setelah dilaksanakannya beberapa usaha dalam memulihkan trauma tentu ada hasil yang ingin di lihat atau di capai. Maka hasil yang di capai oleh guru pembimbing dan siswa di SMP Negeri 2 Padang sudah membaik dari sebelumnya sesuai dengan observasi yang penulis lakukan maka didapatkanlah hasil sebagai berikut :
    1. Guru pembimbing sudah menjalankan peranannya sebagaimana mestinya
    2. Program – program bimbingan dan konseling yang disusun khusus untuk pemulihan trauma siswa pasca gempa sudah terlaksana dengan baik
    Adapun hasil yang diperoleh dari layanan yang diberikan guru pembimbing bagi siwa adalah sebagai berikut :
    1. Siswa yang mengalami trauma mulai berkurang dengan adanya usaha yang dilakukan oleh guru pembimbing di sekolah tersebut
    2. setelah mendapatkan layanan dari guru pembimbing ditunjang pula oleh faktor pendukung dari tim konseling trauma dari UNP dan UPI Bandung mendatangkan manfaat yang luar biasa bagi siwa sehingga siswa yang mengalami trauma sudah kembali belajar dengan optimal di sekolah, kecemasan dan ketakutan siswa belajar di sekolah sudah menghilang
    Sesuai dengan wawancara penulis dengan Fadila Krisna Nova F siswa kelas VII 1 mengatakan bahwa pada awal sekolah setelah kejadian gempa, dia takut kalau berada di sekolah, karena sudah pernah mendapatkan layanan bimbingan konseling dari guru pembimbing maka tidak gelisah lagi dan tidak takut lagi belajar di sekolah.
    Dari 24 orang siswa yang menjadi sampel penulis semuanya mengatakan senang dan suka serta merasakan ada manfaat dari layanan yang diberikan guru pembimbing untuk memulihkan traumanya. Hal ini dikuatkan oleh salah satu siswa, Fitri Meuthia siswa kelas IX.7 yang penulis wawancarai mengatakan bahwa :
    “Setelah gempa guru pembimbing memberikan layanan informasi dengan dan mengadakan permainan yang mengasyikkan serta mengadakan meditasi yang membuat saya lebih percaya diri untuk datang ke sekolah. Saya sangat suka dengan kegiatan tersebut karena menghibur, membuat saya lebih tenang di sekolah. Sebelum mendapatkan layanan dari guru pembimbing biasanya saya cemas, takut dan gelisah apalagi lokal saya di lantai II. Layanan yang diberikan guru pembimbing sangat bermanfaat bagi saya untuk melanjutkan studi yang sedang saya laksanakan”.

    Berdasarkan observasi penulis di lapangan bahwa siswa yang mengikuti pelajaran sudah mulai baik, dan tidak banyak yang masih mengalami trauma. Hal ini sudah dirasakan oleh guru pembimbing, dan Gusfi Wendri mengatakan bahwa :
    “Saya senang dengan usaha yang dilakukan ternyata memang tidak sia-sia, siswa sudah belajar dengan baik kembali, hasil ini terus kami follow up-i untuk menjaga kerentanan diri siswa tersebut yang mengalami trauma. Karena memang trauma itu tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dalam waktu cukup lama. Oleh sebab itu hasil ini sebenarnya belum menjamin bahwa siswa tersebut tidak akan trauma lagi. Makanya perlu di perhatikan, di evaluasi dan diberikan layanan informasi dengan informasi yang up to date dan penting untuk diketahui oleh siswa tersebut. Kami juga tidak mau siswa kami mengalami trauma berkepanjangan yang menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan wawasan dan masa depannya. Semoga kami juga selalu mendapatkan ide dan saran dari semua pihak. Karena pada awal dulu memang banyak siswa yang takut melihat reruntuhan hotel Ambacang, padahal letak tempat belajarnya berhadapan dengan hotel ambacang tersebut. Intensitas pelayanan bk Insya Allah kami selalu berikan kepada siswa”.

    Berarti usaha guru pembimbing dalam mengatasi trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 padang sudah mendapatkan hasil yang baik, tapi mesti diberikan perhatian yang inten terhadap siswa agar tidak kembali ingatan pengalaman trauma yang dialaminya.

    BAB IV
    PENUTUP

    Untuk memudahkan pemahaman isi skripsi secara keseluruhan, pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan mengenai “ Usaha Guru Pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMPN 2 Padang” Kemudian juga dikemukakan saran-saran dari penulis yang dirasa perlu yang berhubungan dengan hasil penelitian ini.
    A. Kesimpulan
    Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri 2 Padang, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
    1. Layanan yang diberikan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa mempunyai 5 (lima) tahapan, yaitu, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil dan tindak lanjut. Adapun layanan yang berikan guru pembimbing kepada siswa yang mengalami trauma pasca gempa (PTSD) terfokus kedalam 3(tiga) jenis layanan yaitu, layanan informasi, konseling individual dan layanan konseling kelompok dan di tambahkan dengan teknik meditasi dan relaksasi.
    2. Untuk membantu memulihkan trauma siswa pasca gempa ada kegiatan pendukung yang diberikan sebagai hasil kerja sama BK SMP Negeri 2 Padang dengan Tim Konseling Traumatis UPI Bandung dan Tim Konseling Trauma UNP. Faktor pendukung itu meliputi, permainan-permainan, informasi dan penyajian materi-materi menarik semangat siswa serta pendidikan dan latihan (diklat) secara profesional kepada guru BK SMP N 2 Padang yang dilakukan oleh Tim Konseling Traumatis dari UPI Bandung dan Tim Konseling Traumatis UNP
    3. Kendala-kendala yang dihadapi guru pembimbing adalah siswa enggan melakukan konseling individual pada awalnya, siswa yang tidak mau mengikuti layanan yang diberikan karena tidak mengaku bahwa siswa tersebut mengalami stres traumatis. Kemudian kurangnya kerja sama dengan orang tua siswa karena kebanyakan orang tua siswa juga tidak mengerti dengan kegiatan BK itu sendiri
    4. Adapun hasil yang diperoleh dari pelayanan yang diberikan guru pembimbing cukup membanggakan. Ini dibuktikan oleh hasil wawancara penulis dengan siswa. Kebanyakan siswa merasakan manfaat dari layanan bimbingan konseling yang diberikan guru pembimbing, dari semula rentan sekali dengan getaran dan bunyi serta gelisah ketika di sekolah sekarang sudah mulai berkurang. Dari pengamatan yang penulis lakukan kegiatan di sekolah sudah mulai normal kembali. Karena biasanya dari pasca gempa kegiatan terlaksana sebagaimanamestinya.
    B. Saran
    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang usaha guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang maka penulis menyarankan:
    1. Kepada Guru Pembimbing, agar selalu melakukan pelaksanaan konseling individual dan kelompok serta memberikan layanan informasi kepada siswa yang mengalami trauma pasca gempa (PTSD), karena PTSD sifatnya tumbuh dalam jangka yang cukup lama dalam diri seseorang yang pernah mengalami kejadian traumatis.
    2. Guru Pembimbing diharapkan bisa menfasilitasi siswa yang mengalami trauma agar siswa tersebut tidak enggan melakukan konseling individual serta pelaksanaan meditasi jiak diperlukan.
    3. Guru Pembimbing dengan siswa diharapkan mempunyai ikatan emosional yang dekat dan bisa berperan sebagai teman bagi siswa
    4. Kepada seluruh siswa yang mengalami trauma, diharapkan agar lebih dekat dan lebih berminat untuk mengikuti kegiatan bimbingan konseling, karena dengan mengikuti kegiatan bimbingan konseling bisa mengarahkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki siswa serta bisa mengentaskan permasalahan yang dihadapi.
    5. Kepada personil sekolah serta kepada orang tua siswa agar senantiasa meningkatkan kerja sama dengan Guru Pembimbing dalam menunjang dan mengembangkan potensi siswa.


    DAFTAR PUSTAKA

    A.Hallen., Bimbingan dan Konseling IAIN IB Press, Padang, 2001

    Ahmad Riska dan Syahril, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Angkasa Raja, Padang, 1984

    Ahmadi, Abu, Ahmad Rohani, BK di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta,1991

    Amru Khalid, Revolusi Diri, Qisti press, Jakarta, 2007

    Asnawir, Usman Basyirudin, Media Pembelajaran, Ciputat Pers, Jakarta, 2002

    Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Yogyakarta,1997

    __________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, 1999

    __________, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2002,

    Depertemen Agama RI, Alquran Suci Terjemahan dan Tafsir, Jakarta : Bulan Bintang,1986

    Dewa ketut sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Al Fabeta: Bandung, 2002

    Dr. Jeffry. S. Nevid, Psikologi Abnormal, Jakarta : Erlangga, 2003

    Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta(PPAI), 2001

    Hamka, Tafsir Al Azhar, Pustaka Islam, Surabaya

    Jefri S. Nevid, Psikologi Abnormal, Jakarta, Erlangga: 2005

    Jeffry S. Nevid, Psikologi Abnormal, Jakarta: Erlangga, 2005

    Qoyyim, Ibnul Al-Jauzi, Terapi Penyakit Hati, Qisti Press, Jakarta, 2008

    Malik ,Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, 2007

    Najati, Muhammad Usman, Psikologi dalam Perspektif Hadis, Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, 2004

    Novia,Windy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya, Khasiko

    Nur Kencana, Wayan, Pemahaman Individu, Usaha Nasional, Surabaya,1993

    Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2001

    ________,Seri Pemandu Bimbingan dan Konseling (SMU), Penebar Aksara, Jakarta,1997

    ________, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2001

    ________, Seri Pemandu Bimbingan Konseling di Sekolah (SLTP), Padang (IKIP),1995

    Rusmana, Nandang, Diklat Konseling Traumatis, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

    Santoso, Ananda, A.R. Al Hanif, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Alumni, Surabaya

    Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Kerasian Al-Quran, Tentara Hak Jakarta, 2002

    Sukardi, Metodologi Penelitian dan Praktek, 2003

    Sudjana, Nana, Tuntutan Penulisan Karya Ilmiah, Bandung : Sinar Baru Gesindo, 2001

    TIM, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001
    TIM Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Gejala Trauma Psikologis, Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama, 2005

    Tohirin, Bimbingan di sekolah dan madrasah (Grasindo Persada : Jakarta) 2007 hal. 142

    UU No.20, SISDIKNAS, Bandung: Fokus media, 2003

    WS.Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Gramedia, Jakarta,1987

    Yayasan Pulih, Pusat Pencegahan dan Penangan Trauma Psikologis, Palembang, 2009

    ________, Penangan Trauma Psikologis Berbasis Komunitas, Palembang, 2009

    Yusuf, Syamsu, Landasan Bimbingan dan Konseling, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005

    _______, Psikologi Perkembangan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung,2002



    INTERNET

    http://Deutsche Welle.com, (Senin, 13/4/2009)

    http://rumahpsikologi.com, diposkan oleh: Reza Wattimena, Trauma Filsafat, (9/2009)

    http://rumahpsikologi.com, diposkan oleh: Najlah Naqiyah (11/1/2005)

    http://rumahpsikologi.com, diposkan oleh:Reza Antonius, Fenomenologi Trauma, (10/10/2009)

    http://rumahpsikologi.com, diposkan oleh : Reza Antonius, Fenomenologi Trauma II, (19/10/2006)

    http://rumahpsikologi.com, diposkan oleh : Reza Antonius, Gejala Trauma, (1/10/2009)

    http://traumainfo.com, diposkan oleh : Najlah Naqiyah, Anak-anak dalam Trauma,(13/10/2009)

    http://rumahpsikologi.com (2/5/2008)

    http://www.tabloid-nakita.com, Atasi Trauma Paska Gempa, 2009
    http//traumafilsafat.com,(9/2009)
    http//www.trauma. psikologis (Rabu, 09/09/2009 11:44 WIB)
    http//www.jurnal.trauma.com(11/1/2005)

    http//www.Jornal.traumaanak.com. (12/11/2009)
    ABSTRAK


    Maiyonal Putra, Bp. 405.071 “Usaha Guru Pembimbing dalam Memulihkan Trauma Siswa Pasca Gempa di SMP Negeri 2 Padang” 2010 Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang.
    Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah apa usaha yang dilakukan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang. Gempa 30 September Sumatra Barat mempengaruhi psikologis siswa di SMP Negeri 2 Padang. Kebanyakan diantara mereka merasa takut dan cemas ketika berada di sekolah, apalagi sewaktu belajar dalam kelas, dan mereka sering terkejut dan berlarian keluar kelas ketika mendengar bunyi alat berat (ekskapator) yang sedang beroperasi di depan sekolah, bunyi gesekan meja kelantai atau bunyi guruh atau hujan. 7 orang diantara siswa SMP Negeri 2 Padang mutasi ke sekolah luar kota Padang karena pengalaman traumatis yang mereka alami. Hal ini merupakan salah satu bentuk trauma yang dialami siswa SMP Negeri 2 Padang. Trauma yang dibahas di sini adalah pengalaman traumatis yang masih melekat pada diri siswa pasca gempa sehingga menghambat proses perkembangan dan pendidikannya. Layanan dan faktor pendukung pemulihan trauma yang diberikan guru pembimbing dapat mengurangi trauma yang dialaminya. Layanan yang diberikan guru pembimbing sesuai dengan fungsi layanan dengan BK yaitu fungsi pemahaman dan pengentasan.
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui layanan yang di berikan oleh guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa di SMP Negeri 2 Padang, untuk mengetahui perencanaan layanan oleh guru pembimbing, untuk mengetahui pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing, untuk mengetahui evaluasi pelakasaan layanan oleh guru pembimbing, untuk mengetahui analisis hasil pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing, untuk mengetahui tindak lanjut dari pelaksanaan yang diberikan guru pembimbing, untuk mengetahui faktor pendukung dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa, untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang dan hasil yang diperoleh dari layanan yang diberikan guru pembimbing. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka digunakan metode deskriptif. Dengan populasi guru pembimbing dan siswa SMPN 2 Padang dan yang jadi sampelnya adalah guru pembimbing sebanyak 5 orang dan siswa yang mengalami trauma pasca gempa sebanyak 24 orang.
    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa siswa SMP Negeri 2 Padang sudah mulai terentaskan trauma yang dialaminya atas bantuan dan usaha yang diberikan oleh guru pembimbing. Pada awalnya siswa takut dan cemas ketika berada disekolah karena gangguan trauma gempa. Ini di buktikan oleh hasil wawancara dan observasi penulis. Hampir semua siswa yang mengalami trauma mengakui bahwa siswa sudah mulai tenang dan nyaman ketika berada disekolah.


    KATA PENGANTAR

    Puji, sembah dan sujud penulis buat Allah Tuhan Yang Maha pengasih dan penyayang, Raja semesta alam yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah kepada seluruh penghuni langit dan bumi. Atas rahmat dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis berdo’a pada Allah, agar senantiasa menyampaikan shalawat dan salam penulis buat junjungan semesta alam, yang berjuang bukan karena orang berjuang, yang berbuat bukan karena orang berbuat, yakni Nabi besar Muhammad SAW.
    Dalam penulisan skripsi ini, banyak kesulitan yang penulis alami. Namun, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT serta dorongan dan petunjuk dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini adalah salah satu syarat yang harus dibuat oleh mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang, untuk memperoleh gelar akademik Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I). Berdasarkan hal itu, penulis merampungkan dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul: “Usaha Guru Pembimbing dalam Memulihkan Trauma Siswa Pasca Gempa di SMP Negeri 2 Padang”
    Dalam proses penyelesaian skripsi ini, sudah sewajarnya dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih, rasa hormat, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang ikut dan berpartisipasi memberikan motivasi dan konstribusi hingga selesainya skripsi ini.
    1. Bapak Dekan dan Bapak/Ibu pembantu Dekan, Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang yang telah memberikan bantuan pada usaha penyelesaian skripsi.
    2. Bapak Ketua, Bapak Sekretaris dan Staf Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam serta seluruh civitas akademika Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang yang telah memberikan bantuan pada usaha penyelesaian skripsi ini.
    3. Bapak Drs. Zainal Asril, M.Pd dan Ibu Jum Anidar, S.Ag, M.Pd selaku pembimbing I dan II, yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
    4. Kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis sehingga penulis bisa mengerti berbagai hal.
    5. Pimpinan dan seluruh karyawan/ti Pustaka IAIN yang telah memberikan pinjaman buku demi penyelesaian studi penulis pada Jurusan Kependidikan Islam Prodi Bimbingan dan Konseling Islam.
    6. Bapak Kepala Sekolah SMPN 2 Padang beserta Ibu Wakil Kepala Sekolah, Guru Pembimbing dan Majelis Guru serta kepada seluruh Siswa yang telah memberikan data pada penulis dalam penelitian skripsi ini.
    7. Buat kawan-kawan pengurus HMJ KI, semoga selalu tersenyum, semangat, optimis, kritis, dinamis dan inovativ dalam menjalankan visi dan misi demi kebahagiaan dan kebenaran.
    8. Kawan-kawan pengurus Dewan Mahasiswa, Terimakasih atas semua bantuan teman-teman, semoga kita bagai kandung walau tak serahim,
    9. Buat kawan-kawan di base camp Teater Imambonjol
    Teristimewa buat kedua orang tua penulis ayahanda Danasri John Dan Bunda Yurmainis yang selalu menyulam cinta, menyimpan rindu, yang tidak bisa penulis tawar. Serta kepada Uni Febri yessi yulia, adikku Rike Aprilla, Randy, bang Aja dan Luthfi (harapan baru), terimakasih atas do’a dan dukunganya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya kepada seluruh keluarga penulis yang tidak bisa penulis sisipkan namanya satu persatu, terimaksih atas do’anya.
    Penulis menyadari keterbatasan ilmu yang penulis miliki, sehingga masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis sendiri serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikran khususnya bimbingan dan konseling.
    Akhirnya kepada Allah penulis memohonkan do’a semoga segala bantuan dan partipasi dari berbagai pihak dibalas oleh Allah SWT. Amiiinn
    Padang, 19 Februari 2010
    Penulis



    Maiyonal Putra
    Bp.405.071


    DAFTAR ISI

    PERSETUJUAN PEMBIMBING
    PENGESAHAN TIM PENGUJI
    ABSTRAK.............................................................................................. i
    KATA PENGANTAR........................................................................... ii
    DAFTAR ISI.......................................................................................... v
    DAFTAR TABEL................................................................................. viii
    BAB I PENDAHULUAN.......................................................... 1
    A. Latar Belakang Masalah............................................. 1
    B. Rumusan dan Batasan Masalah................................. 10
    C. Penjelasan Judul........................................................ 11
    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................... 13
    E. Metodologi Penelitian................................................ 14
    F. Sistematika Penulisan................................................ 18
    BAB II LANDASAN TEORITIS............................................... 20
    A. GURU PEMBIMBING
    1. Pengertian Guru Pembimbing.............................. 20
    2. Tugas dan Peranan Guru Pembimbing................. 21
    3. Keperibadian Guru Pembimbing dalam Perspektif Islam...................................................................... 25
    B. Trauma......................................................................... 31
    1. Pengertian Trauma................................................. 31
    2. Penyebab Trauma............................................ 35
    3. Gejala dan Dampak Taruma............................ 38
    4. Cara Penangan Trauma……………………… 43
    BAB III HASIL PENELITIAN..................................................... 51
    A. Layanan yang diberikan Guru Pembimbing dalam memulihkan trauma Siswa........................................... 51 1. Perencanaan Layanan Oleh Guru Pembimbing.. 52
    2. Pelaksanaan Layanan Oleh Guru
    Pembimbing........................................................ 57
    3. Evaluasi Pelakasaan Layanan Oleh Guru
    Pembimbing…………………………………... 62
    4. Analisis Hasil Pelaksanaan Oleh Guru
    Pembimbing…………………………………… 63
    5. Tindak Lanjut Pelaksanaan Oleh Guru
    Pembimbing………………………………….. 64
    B. Faktor Pendukung dalam Memulihkan Trauma Siswa……………………………………….. .. 65
    C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Guru pembimbing dalam memulihkan Trauma Siswa……………………. 68
    D. Hasil yang Diperoleh dari Layanan yang Diberikan Guru Pembimbing dalam Memulihkan Trauma Siswa………………………………………… 71


    BAB IV PENUTUP.......................................................................... 75
    A. Kesimpulan................................................................... 75
    B. Saran............................................................................. 76
    DAFTAR PUSTAKA


















    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Gambaran Umum tentang Populasi............................................... 16
    Tabel 1.2 Gambaran Umum tentang Sampel................................................. 16
    Tabel 3.1 Rencana Program Bimbingan Konseling dalam Pemulihan
    Trauma Siswa................................................................................. 55
    Tabel 3.2 Target Program Pemulihan Trauma Siswa Pasca Gempa.............. 56
    Tabel 3.3 Jadwal Faktor Kegiatan Pendukung............................................... 66


























    ABSTRAK


    Maiyonal Putra, Bp. 405.071 “Usaha Guru Pembimbing dalam Memulihkan Trauma Siswa Pasca Gempa di SMP Negeri 2 Padang” 2010 Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang.
    Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah apa usaha yang dilakukan guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang. Gempa 30 September Sumatra Barat mempengaruhi psikologis siswa di SMP Negeri 2 Padang. Kebanyakan diantara mereka merasa takut dan cemas ketika berada di sekolah, apalagi sewaktu belajar dalam kelas, dan mereka sering terkejut dan berlarian keluar kelas ketika mendengar bunyi alat berat (ekskapator) yang sedang beroperasi di depan sekolah, bunyi gesekan meja kelantai atau bunyi guruh atau hujan. 7 orang diantara siswa SMP Negeri 2 Padang mutasi ke sekolah luar kota Padang karena pengalaman traumatis yang mereka alami. Hal ini merupakan salah satu bentuk trauma yang dialami siswa SMP Negeri 2 Padang. Trauma yang dibahas di sini adalah pengalaman traumatis yang masih melekat pada diri siswa pasca gempa sehingga menghambat proses perkembangan dan pendidikannya. Layanan dan faktor pendukung pemulihan trauma yang diberikan guru pembimbing dapat mengurangi trauma yang dialaminya. Layanan yang diberikan guru pembimbing sesuai dengan fungsi layanan dengan BK yaitu fungsi pemahaman dan pengentasan.
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui layanan yang di berikan oleh guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa di SMP Negeri 2 Padang, untuk mengetahui perencanaan layanan oleh guru pembimbing, untuk mengetahui pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing, untuk mengetahui evaluasi pelakasaan layanan oleh guru pembimbing, untuk mengetahui analisis hasil pelaksanaan layanan oleh guru pembimbing, untuk mengetahui tindak lanjut dari pelaksanaan yang diberikan guru pembimbing, untuk mengetahui faktor pendukung dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa, untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru pembimbing dalam memulihkan trauma siswa pasca gempa di SMP Negeri 2 Padang dan hasil yang diperoleh dari layanan yang diberikan guru pembimbing. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka digunakan metode deskriptif. Dengan populasi guru pembimbing dan siswa SMPN 2 Padang dan yang jadi sampelnya adalah guru pembimbing sebanyak 5 orang dan siswa yang mengalami trauma pasca gempa sebanyak 24 orang.
    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa siswa SMP Negeri 2 Padang sudah mulai terentaskan trauma yang dialaminya atas bantuan dan usaha yang diberikan oleh guru pembimbing. Pada awalnya siswa takut dan cemas ketika berada disekolah karena gangguan trauma gempa. Ini di buktikan oleh hasil wawancara dan observasi penulis. Hampir semua siswa yang mengalami trauma mengakui bahwa siswa sudah mulai tenang dan nyaman ketika berada disekolah.


    KATA PENGANTAR

    Puji, sembah dan sujud penulis buat Allah Tuhan Yang Maha pengasih dan penyayang, Raja semesta alam yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah kepada seluruh penghuni langit dan bumi. Atas rahmat dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis berdo’a pada Allah, agar senantiasa menyampaikan shalawat dan salam penulis buat junjungan semesta alam, yang berjuang bukan karena orang berjuang, yang berbuat bukan karena orang berbuat, yakni Nabi besar Muhammad SAW.
    Dalam penulisan skripsi ini, banyak kesulitan yang penulis alami. Namun, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT serta dorongan dan petunjuk dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini adalah salah satu syarat yang harus dibuat oleh mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang, untuk memperoleh gelar akademik Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I). Berdasarkan hal itu, penulis merampungkan dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul: “Usaha Guru Pembimbing dalam Memulihkan Trauma Siswa Pasca Gempa di SMP Negeri 2 Padang”
    Dalam proses penyelesaian skripsi ini, sudah sewajarnya dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih, rasa hormat, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang ikut dan berpartisipasi memberikan motivasi dan konstribusi hingga selesainya skripsi ini.
    1. Bapak Dekan dan Bapak/Ibu pembantu Dekan, Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang yang telah memberikan bantuan pada usaha penyelesaian skripsi.
    2. Bapak Ketua, Bapak Sekretaris dan Staf Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam serta seluruh civitas akademika Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang yang telah memberikan bantuan pada usaha penyelesaian skripsi ini.
    3. Bapak Drs. Zainal Asril, M.Pd dan Ibu Jum Anidar, S.Ag, M.Pd selaku pembimbing I dan II, yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
    4. Kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis sehingga penulis bisa mengerti berbagai hal.
    5. Pimpinan dan seluruh karyawan/ti Pustaka IAIN yang telah memberikan pinjaman buku demi penyelesaian studi penulis pada Jurusan Kependidikan Islam Prodi Bimbingan dan Konseling Islam.
    6. Bapak Kepala Sekolah SMPN 2 Padang beserta Ibu Wakil Kepala Sekolah, Guru Pembimbing dan Majelis Guru serta kepada seluruh Siswa yang telah memberikan data pada penulis dalam penelitian skripsi ini.
    7. Buat kawan-kawan pengurus HMJ KI, semoga selalu tersenyum, semangat, optimis, kritis, dinamis dan inovativ dalam menjalankan visi dan misi demi kebahagiaan dan kebenaran.
    8. Kawan-kawan pengurus Dewan Mahasiswa, Terimakasih atas semua bantuan teman-teman, semoga kita bagai kandung walau tak serahim,
    9. Buat kawan-kawan di base camp Teater Imambonjol
    Teristimewa buat kedua orang tua penulis ayahanda Danasri John Dan Bunda Yurmainis yang selalu menyulam cinta, menyimpan rindu, yang tidak bisa penulis tawar. Serta kepada Uni Febri yessi yulia, adikku Rike Aprilla, Randy, bang Aja dan Luthfi (harapan baru), terimakasih atas do’a dan dukunganya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya kepada seluruh keluarga penulis yang tidak bisa penulis sisipkan namanya satu persatu, terimaksih atas do’anya.
    Penulis menyadari keterbatasan ilmu yang penulis miliki, sehingga masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis sendiri serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikran khususnya bimbingan dan konseling.
    Akhirnya kepada Allah penulis memohonkan do’a semoga segala bantuan dan partipasi dari berbagai pihak dibalas oleh Allah SWT. Amiiinn
    Padang, 19 Februari 2010
    Penulis



    Maiyonal Putra
    Bp.405.071


    DAFTAR ISI

    PERSETUJUAN PEMBIMBING
    PENGESAHAN TIM PENGUJI
    ABSTRAK.............................................................................................. i
    KATA PENGANTAR........................................................................... ii
    DAFTAR ISI.......................................................................................... v
    DAFTAR TABEL................................................................................. viii
    BAB I PENDAHULUAN.......................................................... 1
    A. Latar Belakang Masalah............................................. 1
    B. Rumusan dan Batasan Masalah................................. 10
    C. Penjelasan Judul........................................................ 11
    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................... 13
    E. Metodologi Penelitian................................................ 14
    F. Sistematika Penulisan................................................ 18
    BAB II LANDASAN TEORITIS............................................... 20
    A. GURU PEMBIMBING
    1. Pengertian Guru Pembimbing.............................. 20
    2. Tugas dan Peranan Guru Pembimbing................. 21
    3. Keperibadian Guru Pembimbing dalam Perspektif Islam...................................................................... 25
    B. Trauma......................................................................... 31
    1. Pengertian Trauma................................................. 31
    2. Penyebab Trauma............................................ 35
    3. Gejala dan Dampak Taruma............................ 38
    4. Cara Penangan Trauma……………………… 43
    BAB III HASIL PENELITIAN..................................................... 51
    A. Layanan yang diberikan Guru Pembimbing dalam memulihkan trauma Siswa........................................... 51 1. Perencanaan Layanan Oleh Guru Pembimbing.. 52
    2. Pelaksanaan Layanan Oleh Guru
    Pembimbing........................................................ 57
    3. Evaluasi Pelakasaan Layanan Oleh Guru
    Pembimbing…………………………………... 62
    4. Analisis Hasil Pelaksanaan Oleh Guru
    Pembimbing…………………………………… 63
    5. Tindak Lanjut Pelaksanaan Oleh Guru
    Pembimbing………………………………….. 64
    B. Faktor Pendukung dalam Memulihkan Trauma Siswa……………………………………….. .. 65
    C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Guru pembimbing dalam memulihkan Trauma Siswa……………………. 68
    D. Hasil yang Diperoleh dari Layanan yang Diberikan Guru Pembimbing dalam Memulihkan Trauma Siswa………………………………………… 71


    BAB IV PENUTUP.......................................................................... 75
    A. Kesimpulan................................................................... 75
    B. Saran............................................................................. 76
    DAFTAR PUSTAKA


















    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Gambaran Umum tentang Populasi............................................... 16
    Tabel 1.2 Gambaran Umum tentang Sampel................................................. 16
    Tabel 3.1 Rencana Program Bimbingan Konseling dalam Pemulihan
    Trauma Siswa................................................................................. 55
    Tabel 3.2 Target Program Pemulihan Trauma Siswa Pasca Gempa.............. 56
    Tabel 3.3 Jadwal Faktor Kegiatan Pendukung............................................... 66
    posted by mayonal putra @ 03.23  
    0 Comments:

    Posting Komentar

    << Home
     
    About Me

    Name: mayonal putra
    Home: Padang, padang/sumbar, Indonesia
    About Me: Manyonal Putra, ayah dan ibu adalah petani di negeri kelahiran ku, Jopang manganti. Datang ke dunia, pada tanggal tiga puluh satu mei seribu sembilan ratus delapan puluh enam di dangau. Kini, sudah menjadi sarjana dan bekerja sebagai Jurnalis,... ingin lebih lanjut: 085669110810
    See my complete profile
    Previous Post
    Archives
    Links
    News
  • Google
  • Oke zone News
  • Seputar Indonesia
  • Kompas
  • Republik Indonesia
  • Detik News
  • Cari Kerja
  • Provinsi Sumatera Barat
  • Uiversitas Andalas
  • Yahoo
  • MSN
  • My Friends
  • Epaldi Bahar
  • Reno Fernandes
  • Fuad Nari
  • My Organization
  • PB HMI
  • BADKO HMI SUMBAR
  • HMI Cabang Padang
  • FORAHMI
  • Powered by

    BLOGGER

    © MAYONAL PUTRA,Blogger Templates by Fuad Nari