|
puisi mayonal putra |
Kamis, 08 Juli 2010 |
Layang-layang basah
sudah bulat di hati ini,dinda!
kita tidak bisa lama bersama
biarkan saja segala yang di dada menjadi payau
seperti garam dalam air
sudah hilang rupa tapi cukup memberi rasa
bibir ini sudah asin,dinda!
setelah kita biarkan ia berpetualang ke duabibir yang lain pula
sebab yang lama menjadi racun dalam darah
sudah bulat di hati ini, dinda!
cita-cita sampaikan jua
pada hari yan berbeda dan bulan yang lain pula
lalu kita menunggu sore yang rintik
dari balik jendela rumah masing-masing
waktu menghitung wewarna tiba
di langit,
saat gerimis memecah mendung
itulah aku
layang-layang basah, menengadah
Juni 2010
Perempuan terbungkus
(1)
Aku suka padamu, wahai perempuan berona tertutup dengan tubuh yang terbungkus,
Yang tinggal dalam kerumunan dan sarang nyamuk-nyamuk penyamun
Tidak akan mungkin kerumunan itu menikamkan lidahnya kepada bersih kulitmu
Dan tidak akan mungkin pula, diagnosa dokter di rumah sakit mengatakan kamu demam berdarah
Aku terkurung dalam teduh matamu
Sungguh seperti rimbun pepohonan, untuk singgahan dagang lalu
(2)
Aku suka padamu, wahai perempuan berkeringat
Justru karena itu kau menanggalkan bajumu
Bau darahmu melekat di hidung suntik nyamuk-nyamuk
Lalu menikam hingga perutnya buncit yang bergelantungan pada tubuhmu sembari menekan perutmu yang langsing
Justru itu kau gatal-gatal
Kerang dan kejang
Sebentarlagi kau masuk kerumah sakit,
terinfeksi penyakit demam yang berdarah
Atau tak lama lagi kau akan menjadi perempuan yang terbungkus putih, berbaring di bara tanah
(3)
Wahai perempuan dengan seluruh sebutan,
Aku suka padamu
Sambil memburu hama dalam perutmu
Hingga kau tidak sering gelitik
Pintu di rumah kubur menunggu di setiap detak nafas
Ada yang kehausan setelah bungkusan tubuhmu dikerumuni
Atau tidakkah kau takut
Ular hitam berminyak bergelung di selangkanganmu,
Lalu kau menjadi perempuan peternak ular pada pekarangan rahimmu
Laut Tiga Warna
aku pada tepi laut tiga warna
memandang jauh ke barat jingga,
tak bertepi,
;perempuan itu tenggelam lagi dalam linangan air mataku
sambil mengayuh dengan kakinya
sambil mengupih uban di kepalanya
berharap bujang pulang,
kerumah yang tak pernah berkabar;
“aku di seberang pulau tak bernama,
hendak menjarah laut tiga warna”
Mei, 2010
Aquarium
ikan-ikan
bermain di laut, palsu,
menari dikarang, karang palsu
menunggu santapan dari air yang itu ke itu saja
cup…
cup…
cup…
berenang lagi,
meunggu badai yang tak datang-datang
dari musim yang tak pernah berganti |
posted by mayonal putra @ 03.14 |
|
|
|
|
Posting Komentar