Otomotif Volkswagen,
Tua-Tua Keladi, Semakin Tua Semakin Menjadi
Mayonal Putra
“Tua –tua keladi, semakin tua semakin menjadi”. Itulah kata-kata yang tepat diberikan kepada mobil tua Volkswagen (VW) buatan jerman 1934 silam. Kenapa tidak? VW kodok akan memukau jika dia sesekali lewat di depan Anda. VW Kombi, VW Karman Ghia, VW Safari atau VW-VW yang lain, akan mengundang selera Anda untuk berpose bersamanya. Jika Anda sedang membawa kamera, mobil tua ini akan merayu lensa kamera Anda.
Oto-oto VW itu, bagaikan makhluk hidup yang akan beramah tamah dengan Anda. Kehadirannya, bagaikan sahabat karib. Tak sedikit orang menginginkannya. Menjelang perang dunia II berlangsung, komandan militer Nazi, Hitler memeriksa barisan armada perangnya dengan mengendarai oto VW Beetle. Usai perang dunia II banyak negara yang menyortir angkutan rakyat itu, tak terkecuali di Indonesia.
Jika Anda menyaksikan film-film Nazi, Anda akan melihat oto VW dijadikan mobil operasional. Sudah lama betul mobil ini. Namun demikian, pamor oto ini tidak kalah terkenal dengan mobil-mobil canggih mutakhir ratusan juta rupiah. Jangan pula heran, pecinta VW bakal menghabiskan uang 200 juta rupiah, hanya untuk modifikasi dan perawatan. Lebih aneh lagi, mobil ini tidak hanya dinikmati oleh pengusaha dan jutawan saja. “Ya, namanya hobi, jangan berbicara uang”, kata anggota VCP Pekanbaru Defri Zal. Ditambahkannya, mobil-mobil ini tidak dijual-belikan seperti mobil-mobil di Show Room. Oto ini di modif selama setahun, baru bisa menjadi oto VW siap operasi.
Tahun 1977 pemerintah Indonesia menggunakan oto VW untuk kepentingan bertugas. VW Safari, menjadi kendaraan camat seluruh Indonesia, Sedangkan Beetle alias Kodok, adalah mobil keluarga, layaknya sedan zaman sekarang. VW Combi untuk pelayanan publik, seperti kenderaan rumah sakit.
Walaupun sempat beberapa tahun lenyap dari permukaan, otomotif ini kembali mencuat di musim berbeda. Kehadirannya bagaikan khafilah bertemu air di padang pasir, membawa sejuk bagi penggemarnya.
Namanya Volkswagen, dari bahasa Jerman. Artinya begitu bersahabat, yakni mobil rakyat. Penggunanya disebut Volkski. Tak dikira, ia lebih hidup di zaman modern. Setiap kota di Indonesia, komunitas VW mekar bak cendawan tumbuh di musim hujan.
Di kota Bertuah ini, terdapat pula puluhan Volkski atau pencinta VW. Dia bergabung membentuk sebuah komunitas, namanya Volkswagen Community Pekanbaru (VCP). Juni mendatang, ulang tahun pertamanya. Masih kurang setahun, VCP sudah mempunyai 64 Volkski , 97 mobil VW berbagai jenis, dan ratusan penggemar.
Dalam rangka memperingati Hardiknas dan bersempenanya Kota Bertuah ke-227, VCP berhasil mendatangkan puluhan komunitas dengan ratusan mobil VW dari seluruh kota se-Sumatera.
Minggu (1/5) kemarin, tampak seratusan mobil puluhan tahun silam itu berjejer di jalan Cut Meutia, tepat di samping pustaka daerah Raiau Soeman HS. VW-VW dengan aneka ragam modifikasi dihiasi pula oleh pernak-pernik yang begitu menawan, membuat pengunjung betah berlama-lama mengikuti pertemuan komunitas VW se- Sumatera itu dari pagi hingga petang hari.
Ratusan pengunjung tampak bergantian untuk berpose dengan mobil-mobil tua itu. Keakraban pengunjung dengan mobil-mobil modifikasi itu, bagaikan adik-beradik atau teman dekat lama berpisah, kemudian bertemu. Ya, tak terbayang, betapa ramahnya. Tapi sayang, mobil hanya benda mati tetapi hidup dalam diri pengemar.
Ani (15) salah seorang pengunjung, lebih 20 kali berpose dengan mobil-mobil itu. “saya suka sekali mobil-mobil ini, andaikan dapat saya miliki, akan saya rawat bagai saudara kandung”, katanya kepada Haluan Riau.
Panitianya pun begitu akrab kepada setiap orang yang datang."Mau pilih jenis apa untuk berfoto? VW Kodok atau VW beetle, VW Kombi, VW Karman Ghia, VW Safari atau jenis VW-VW yang lain, silahkan..........silahkan. Jangan malu-malu. Asal jangan merusaknya". Kata seorang panitia berambut gondrong kepada sejumlah pengunjung.
Acara yang bertajuk 'Sehari Bersama VW' itu mendapat sambutan hangat dari walikota Pekanbaru, Herman Abdullah saat menghadiri acara pembukaan.
"Wah, acaranya bagus sekali, kalau dapat, ini dijadikan agenda tahunan VCP", kata walikota yang diulangi Ketua Panitia Aseng saat di temui Haluan Riau Minggu(1/5) siang.
Ditambahkan Aseng, dia selaku panitia cukup puas dengan antusias komunitas-komunitas VW Se-Sumatera yang telah menghadiri undangannya. Walupun pada awalnya, VCP hanya mengagendakan acara se-kota Pekanbaru, dengan tujuan mengakomodir pencinta-pencinta mobil VW di Kota Bertuah.
"Tapi, kami bersyukur, teman-teman dari berbagai provinsi sudah datang sehari sebelumnya. Seperti komunitas VW Aceh, Medan, Payakumbuh, Padang, Bukittinggi, Palembang, Jambi, Bengkulu, Lampung serta komunitas VW yang ada di provinsi Riau seperti Dumai, Bangkinang, Duri, dll", bebernya.
Ketua Umum komunitas VW se-Indonesia Letjen (Purn) Soeyono, hadir memberikan apresiasi yang luar biasa kepada VCP. Dia ikut melihat-lihat seperti pengunjung biasa. Dia juga tidak basa-basi bercengkrama dengan pengunjung. Saat diwawancarai Haluan Riau, dia mengaku bangga atas VCP yang telah menggelar pertemuan pencinta VW se-Sumatera, tanpa ajang gagah-gagahan semata tetapi lebih bersifat sosial.
"Saya bangga dengan pencinta VW Pekanbaru, yang telah melihatkan bakti sosialnya kepada masayarakat, seperti donor darah, lomba mewarnai, menyumbangkan seribu buku untuk perpustakaan Soeman HS Riau, serta alunan musik melayu yang menyejukkan", katanya sambil menunjuk aksi donor darah yang sengaja dilakukan VCP yang bekerja sama dengan PMI Cabang Pekanbaru.
Dia berharap, antusias pencinta mobil tua VW tetap diakomodir VCP tanpa membeda-bedakan status. "Miskin-kaya, asal suka mobil VW, jangan ditinggalkan", pintanya.
Humas VCP kota Pekanbaru sekaligus humas komunitas VW provinsi Riau Yulwita Afrina, M.Pd, juga mengatakan, pertemuan komunitas VW se-Sumatera selain ajang silaturahmi sesama pecinta mobil klasik, juga menunjukkan bahwa pencinta oto VW peduli sesama dan pendidikan.
"Komunitas VW bukan otomotif ugal-ugalan, tetapi bernuansa sosial dan penuh kekeluargaan, kami bercita-cita, komunitas VW Pekanbaru akan mengadakan bakti sosial yang lebih besar lagi, sebagai bukti persaudaraan kita setanah air", kata Yulwita yang juga mahasiswa program doktor UR itu.
Pertemuan itu, dikatakannya juga untuk membentuk kepengurusan komunitas VW wilayah Sumatera. "Kami ingin, memperkuat komunitas VW Sumatera dan mengejar ajang internasional", tambahnya lagi.Sedangkan Ketua komunitas VW Raiu, Syarif, MH mengatakan banyak manfaatnya dengan mengoperasikan mobil VW. Pasalnya, VW tidak pakai radiator, ramah lingkungan dan irit BBM.
"Dengan demikian VW tidak mengahabiskan air bumi dan bisa pula membawa banyak anggota keluarga", tukasnya.
VCP biasanya melakukan perawatan VW-VW nya di bengkel K-9 Arengka. mengecat ulang, servis, modif dan segalanya, tetap di bengkel itu. Pihaknya juga mengajak warga Pekanbaru untuk bergabung dengan VCP, yang beralamat Di SMK Taruna Raja Wali Sakti no 90 Panam. Karena, diakuinya, VCP tidak membedakan antara orang yang punya mobil VW 1 dengan orang yang punya VW 10.
"Kita di komunitas sama saja, walaupun ada yang punya 10 mobil. sama sekali tidak ada pembedaan, tetap kekeluargaan", tutupnya.